Jelang Long Weekend, IHSG Berpotensi Ambruk Seminggu Full!
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini akan menjadi hari terakhir perdagangan untuk pekan perdana usai libur panjang lebaran jelang libur Hari Raya Waisak. Namun, pasar keuangan domestik sedang dirundung koreksi sepanjang minggu.
Baik saham, obligasi maupun nilai tukar rupiah semuanya kompak melemah kemarin, Kamis (12/5/2022).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terlempar dari level psikologis 6.600. IHSG ditutup anjlok 3,17% di level 6.599,84.
Sejak dibuka, IHSG memang sudah anjlok signifikan sampai 1%. Indeks langsung turun ke bawah level psikologis 6.700 dan apresiasi secara YTD tersisa hanya 0,28% saja.
Tekanan jual yang besar membuat IHSG semakin tertekan. Asing net sell saham-saham RI senilai Rp 705,4 miliar di pasar reguler.
Nasib serupa juga dialami oleh pasar Surat Berhaga Negara (SBN). Harga SBN kembali ditutup melemah pada perdagangan kemarin.
Pelemahan harga tercermin dari kenaikan imbal hasilnya (yield). Untuk diketahui, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik melemah 2 basis poin (bp) ke level 7,399%, sejalan dengan pergerakanyieldobligasi pemerintah AS dengan tenor yang sama.
Yield SBN sudah tembus ke level tertinggi dalam satu tahun. Periode libur panjang setelah lebaran membuat pasar keuangan dalam negeri kocar-kacir.
Outflow yang masif terjadi baik di pasar ekuitas maupun SBN menyusul keputusan The Fed (bank sentral AS) yang memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) di bulan Mei.
Arus dana keluar dari pasar finansial RI juga membuat nilai tukar rupiah tertekan. Di pasar spot rupiah bahkan sempat melemah 0,31% dan menyentuh level Rp 14.600/US$.
Namun di akhir perdagangan rupiah ditutup memangkas pelemahan walau hanya tipis ke level Rp 14.595/US$ atau terdepresiasi 0,27% terhadap greenback.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel tumbuh 2,6% secara bulanan dan 9,3% secara tahunan pada Maret 2022.
Berdasarkan hasil survei penjualan eceran (SPE), responden memperkirakan penjualan ritel akan tumbuh 6,8% dibanding bulan Maret 2022 seiring dengan adanya momentum puasa Ramadan.
Namun rilis data ekonomi domestik yang bagus tersebut tidak mampu menjadi katalis positif untuk IHSG. Harap maklum karena sentimen eksternal memang masih dominan.
Indeks Harga Konsumen (IHK) April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.
Banyak yang melihat inflasi tampaknya sudah mencapai puncak (peak). Namun dengan agresivitas The Fed menerapkan pengetatan moneter juga dibarengi dengan risiko perlambatan ekonomi.
(trp/trp)