
Jelang Long Weekend, IHSG Berpotensi Ambruk Seminggu Full!

Untuk perdagangan hari ini ada beberapa sentimen yang perlu dicermati oleh pelaku pasar baik yang datang dari eksternal maupun internal.
Dari sisi eksternal,merahnya bursa global seperti Bursa Eropa dan Amerika Serikat tentu saja menjadi sentimen yang kurang baik bagi pasar modal lokal pada perdagangan hari ini.
Selain itu sentimen yang dominan masih seputar inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. Selain itu juga ada konflik Rusia dan Ukraina yang belum mencapai titik temu.
Pasar komoditas juga bergerak dengan volatilitas tinggi. Pergerakan harga minyak dengan fluktuasi yang tinggi mencerminkan risiko bagi ekonomi dan pasar keuangan.
Kini harga minyak mentah acuan global Brent masih berada di atas US$ 100/barel. Harga sempat menyentuh US$ 130/barel.
Kenaikan harga minyak dipicu oleh perang Rusia Ukraina. Namun di sisi lain China yang sedang menghadapi masalah lagi dengan Covid-19 juga membuat outlook neraca migas global semakin sulit diprediksi.
Adanya embargo atas minyak Rusia juga semakin memperumit keadaan. Selama ini harga minyak telah menjadi salah satu biang kerok naiknya inflasi di berbagai negara terutama AS. Harga minyak yang naik terlalu tinggi akan memicu inflasi dan ekonomi bisa melambat bahkan terkontraksi (resesi).
Sementara itu dari dalam negeri, hari ini Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa Indonesia di bulan April.
Trading Economics memperkirakan cadangan devisa Indonesia bulan lalu berada di US$ 137,9 miliar atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 139,1 miliar.
Meskipun neraca dagang Indonesia masih surplus besar, tetapi dengan adanya outflow dan rupiah yang tertekan bisa saja membuat cadangan devisa tergerus untuk kebutuhan stabilisasi.
Well, untuk hari ini, pelaku pasar harus tetap siap dengan berbagai skenario bahkan termasuk yang paling buruk sekalipun.
(trp/trp)