Newsletter

Jelang Long Weekend, IHSG Berpotensi Ambruk Seminggu Full!

Putra, CNBC Indonesia
13 May 2022 06:20
Financial Markets Wall Street
Foto: AP/Courtney Crow

Beralih ke Wall Street, volatilitas masih sangat terasa. Bursa saham AS dibuka tertekan pada pembukaan perdagangan Kamis (12/5/2022), hingga menyentuh level terendahnya dalam lebih dari setahun terakhir dan kian dekat dengan predikat bearish.

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka drop 190 poin (-0,6%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan selang 30 menit menjadi 225,39 poin (-0,71%) ke 31.608,72. Nasdaq anjlok 105,95 poin (-0,93%) ke 11.258,28 sedangkan S&P 500 surut 35,15 poin (-0,89%) ke 3.900,03.

Hingga akhir perdagangan dini hari tadi ketiga indeks saham Wall Street ditutup mayoritas terkoreksi dimana Dow Jones turun 0,33% dan S&P 500 terkoreksi 0,13% sedangkan hanya Nasdaq yang naik tipis 0,06%.

"Saham dijual di seluruh penjuru dunia, dan nada pasar semakin suram," kata Adam Crisafulli Vital Knowledge dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Indeks S&P 500 anjlok lebih dari 18% dari rekor tertingginya dan merosot 17% sejak awal tahun ini. Nasdaq jatuh mendekati 30% dari level tertingginya. Situasi koreksi lebih dari 20% dari level tertinggi dalam 1 tahun terakhir bisa dikategorikan sebagai situasi pasar yang bearish.

Indeks harga produsen (producer price index/PPI) April, yang menunjukkan harga barang di tingkat grosir AS, melonjak 11% secara tahunan. Angka itu memang lebih rendah dari posisi Maret, tetapi lebih buruk dari ekspektasi pelaku pasar.

Hal ini kembali memicu kekhawatiran bahwa inflasi tinggi belum akan berakhir. Data inflasi pada Rabu (11/5) menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) April berada di 8,3%, yang lebih buruk dari ekspektasi dan masih berada di dekat rekor tertingginya sejak 40 tahun di 8,5%.

Bitcoin anjlok di bawah US$ 27.000 hari ini karena kekhawatiran terhadap inflasi dan runtuhnya Terra yang kontroversial. Perusahaan teknologi dengan kepemilikan Bitcoin, turun di perdagangan.

Wall Street merupakan bursa saham acuan global. Apa yang terjadi di Bursa New York berpeluang menjangkiti pasar keuangan global.

Maklum AS merupakan negara super power dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan memiliki mata uang reserves currency yang digunakan untuk berbagai kebutuhan transaksi.

Inflasi yang tinggi di AS memang menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi akan kembali jatuh ke dalam jurang resesi. Beberapa leading indicator seperti pembalikan kurva imbal hasil SBN AS semakin membuat pasar panik.

The Fed yang agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya membuat pasar panik. Aset berisiko seperti saham dan kripto pun dilanda tekanan jual yang tinggi.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular