Newsletter

Bubar, Bubar! Perang Dunia III Kayaknya Batal...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 February 2022 06:04
Latihan Militer Rusia - Belarus
Foto: Tentara ikut serta dalam latihan militer yang diadakan oleh angkatan bersenjata Rusia dan Belarus di tempat pelatihan Gozhsky di wilayah Grodno, Belarus, 12 Februari 2022. (Leonid Scheglov/BelTA/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup semringah pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar rupiah finis di jalu hijau.

Kemarin, IHSG menutup hari di 6.807,49. Melesat 1,08% dari hari sebelumnya.

Perdagangan berlangsung semarak dengan volume transaksi yang melibatkan 23,71 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 1,44 juta kali dengan nilai Rp 13,66 triliun.

Investor asing lagi-lagi bernafsu memborong saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai beli bersih investor asing pada perdagangan kemarin adalah Rp 968,08 miliar. Dengan demikian, nilai beli bersih investor asing secara kumulatif sejak awal 2022 adalah Rp 16,77 triliun.

Perdagangan yang semarak ini berhasil mengangkat kapitalisasi pasar IHSG menjadi Rp 4.984 triliun. Hari sebelumnya, kapitalisasi pasar adalah Rp 4.931 triliun.

Arus modal yang begitu deras ini menjadi modal bagi keperkasaan rupiah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Ibu Pertiwi menguat 0,17% ke Rp 14.300/US$.

Halaman Selanjutnya --> Perang Dunia III Batal?

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup menguat tajam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,07%, S&P 500 melonjak 1,41%, dan Nasdaq Composite 'terbang' 2,39%.

Sepertinya investor kembali memborong saham di Wall Street karena koreksi selama beberapa hari terakhir membuat harga saham menjadi lebih murah. Sebagai gambaran, S&P 500 masih mencatatkan koreksi 1,83% selama seminggu terakhir.

Selain itu, perkembangan tensi Rusia-Ukraina juga membuat investor lega. Moskow mengungkapkan sebagian pasukannya sudah kembali ke barak setelah 'latihan' di sekitar perbatasan Ukraina. Rusia juga siap melakukan dialog soal misil dan isu pertahanan lainnya dengan negara-negara barat.

"Dengan tensi Rusia-Ukraina yang mendingin, setidaknya ada sedikit kepastian di pasar," ujar Mike Loewengart, Direktur Pelaksana di E*Trade Financial, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu menyimak sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar. Pertama tentu saja perkembangan di Wall Street yang positif. Hijaunya Wall Street akan membuat pasar keuangan Asia lebih bersemangat.

Sentimen kedua adalah dinamika konflik Rusia-Ukraina. Seperti yang disebut sebelumnya, tensi kedua negara mereda setelah Rusia menarik mundur sejumlah pasukannya.

Rusia, yang tidak terima Ukraina ingin bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sebelumnya mengirim 130.000 pasukan ke perbatasan negara kelahiran pesepakbola Andriy Shevchenko tersebut. Namun kini sebagian sudah ditarik pulang setelah 'latihan' selama beberapa waktu.

Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Linda Thomas-Greenfield meminta bukti nyata bahwa Rusia memang sudah menarik pasukan di perbatasan Ukraina. "Akan jadi berita besar, kalau memang benar," tegas Thomas-Greenfield, sebagaimana diwartakan Reuters.

Jens Stoltenberg, Sekretaris Jenderal NATO, menyambut baik sinyal positif yang diberikan Rusia. "Ada pertanda dari Moskow bahwa diplomasi akan berlanjut," katanya, seperti diberitakan Reuters.

Perkembangan ini membuat dunia lega. Jika konflik semakin reda, maka ancaman Perang Dunia III bisa terhindarkan.

"Soal perang, memangnya kami mau perang? Tentu saja tidak. Itulah mengapa kami membuat proposal untuk negosiasi yang hasilnya nanti harus memastikan keamanan yang adil bagi semua, termasuk negara kami," tegas Vladimir Putin, Presiden Rusia, dilansir Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, adalah ada tanda bahwa puncak gelombang pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) varian Omicron di Indonesia sudah terlewati. Ini terlihat dari pertumbuhan kasus positif yang melambat.

Dalam sepekan hingga 14 Feruari 2022, rata-rata kasus positif harian tumbuh 59,42% dibandingkan pekan sebelumnya. Turun drastis dibandingkan seminggu sebelumnya yang meroket 195,37%.

Sepertinya perkembangan ini yang membuat pemerintah memutuskan untuk tidak lagi memperketat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali, mengimbau masyarakat untuk beraktivitas seperti biasa tetapi tetap mematuhi koridor protokol kesehatan.

"Kalau memang sudah divaksin, sudah dua kali, sudah booster, ya jalan-jalan saja. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan berlebih," kata Luhut belum lama ini.

Kabar ini seakan memberi konfirmasi perkiraan berbagai pihak bahwa puncak gelombang serangan virus corona varian Omicron akan terjadi pada bulan ini. Mulai Maret 2022, kasus positif akan turun secara signifikan.

Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, memaparkan dengan asumsi maksimal populasi Indonesia yang bisa terjangkit Covid-19 (carrying capacity) 2-2,5% dari populasi dan laju penularan Omicron adalah 1,2-1,5 kali Delta, maka akan butuh waktu 56-60 hari untuk satu siklus atau fase gelombang selesai. Artinya jika kasus naik signifikan mulai 2 Januari 2022, maka gelombang serangan Omicron akan berakhir pada 3 Maret 2022.

Sementara menurut model yang dibangun Bahana Sekuritas, puncak kasus positif akibat varian Omicron akan terjadi pada pekan ketiga Februari. Kemungkinan bisa mencapai 81.088-86.452 orang dalam sehari.

"Seiring dengan terbentuknya kekebalan kolektif (herd immunity), kasus harian nasional akan mulai turun secara drastis setelah 21-23 Februari. Di Jakarta, kasus harian akan mencapai puncak pada pekan depan," tulis riset Bahana.

Perry Warjiyo, Gubernur BI, menyebut dampak penyebaran varian Omicron akan mencapai puncaknya dalam beberapa minggu ke depan. Setelah itu akan mulai menurun.

"Tentu semuanya berdasarkan upaya yang ditempuh pemerintah dan juga kepatuhan terhadap protokol kesehatan oleh masyarakat. Dampak terhadap mobilitas yang terjadi penurunan diharapkan akan membaik," kata Perry dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Februari 2022.

Oleh karena itu, lanjut Perry, dampak penyebaran varian Omicron terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terlalu signifikan. Untuk 2022, BI tetap pada proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7-5,1% dengan titik tengah 5,1%.

"Untuk kuartal I-2022 akan tumbuh relatif tinggi," ujar Perry.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data Reuters Tankan Index Jepang periode Februari 2022 (06:00 WIB).
  • Rilis data tingkat pengangguran Korea Selatan periode Januari 2022 (06:00 WIB).
  • Rilis data inflasi China periode Januari 2022 (08:30 WIB).
  • Rilis hasil Survei Harga Properti Residensial periode kuartal IV-2021 (10:00 WIB).
  • Rilis data inflasi Inggris periode Januari 2022 (14:00 WIB).
  • Rilis data penjualan ritel AS periode Januari 2022 (20:30 WIB).
  • Rilis laporan keuangan 2021 PT Bank Danamon Tbk (tentatif).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular