
Rupiah Lagi di Atas Angin, Dolar Australia Jeblok!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik yang terus berdatangan dari dalam negeri membuat rupiah di atas angin, dolar Australia kembali dibuat merosot pada perdagangan Selasa (15/2).
Melansir data Refinitiv, pada pukul 14:19 WIB AU$ 1 berada di kisaran Rp 10.170, dolar Australia melemah 0,35%. Hingga hari ini, mata uang Kanguru sudah melemah dalam 4 hari beruntun.
Dolar Australia sebenarnya sempat melesat hingga nyaris mencapai Rp 10.400/AU$ pada Kamis pekan lalu setelah bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini. Tetapi rupiah berbalik menguat setelah aliran modal masuk deras ke dalam negeri ditambah lagi dengan data ekonomi yang apik.
Kemarin Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel bulan Desember lalu melesat 13,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 10,8% (yoy).
Selain itu di bulan Januari, penjualan ritel juga diprediksi masih akan terakselerasi menjadi 16% (yoy).
Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran. Sehingga ketika penjualan ritel melesat akan berdampak bagus bagi perekonomian.
Apalagi di awal bulan ini IHS Markit melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di bulan Januari sebesar 53,7, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 53,5.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.
Artinya, ekspansi manufaktur sejalan dengan peningkatan penjualan ritel, menjadi sinyal terus membaiknya perekonomian.
Sentimen terhadap rupiah semakin positif setelah kemarin sore pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3.
"[Aturan WFO] sebelumnya 25% jadi 50% atau lebih. Selain itu, aktivitas seni budaya dan tempat wisata dinaikkan jadi 50%," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Selain itu, Luhut menegaskan bahwa hingga saat ini pemerintah belum melihat ada kemungkinan untuk kembali memperketat kebijakan pengetatan.
"Kita engak melihat ada pengetatan-pengetatan lagi. Kita melakukan pelonggaran, tapi dengan monitor ketat," kata Luhut dalam konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (14/2/2022).
Dengan PPKM yang tidak akan diketatkan lagi, roda perekonomian tentunya bisa berputar lebih kencang lagi.
Sementara itu dari sisi aliran modal, sepanjang bulan Januari lalu terjadi capital outflow yang cukup besar di pasar obligasi Indonesia. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menunjukkan di bulan Januari terjadi capital outflow dari pasar obligasi sebesar Rp 4 triliun.
Tetapi situasi tersebut berubah di bulan ini, hingga 10 Februari lalu terjadi inflow sebesar Rp 8,46 triliun. Dengan demikian, secara year-to-date (ytd) hingga 2 Februari lalu, tercatat capital inflow di pasar obligasi sebesar Rp 2,27 triliun.
Di pasar saham juga terjadi hal yang sama. Sepanjang pekan lalu, investor asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) tercatat lebih dari Rp 7,6 triliun di pasar reguler, tunai dan nego. Sementara pada kemarin meski IHSG merosot lebih dari 1% tetapi asing masih tercatat net buy sebesar Rp 170 miliar, dan hari ini di perdagangan sesi I sebesar Rp 309 miliar.
Capital inflow di pasar obligasi dan saham tersebut menjadi salah satu pemicu rupiah menjadi di atas angin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
