
Wall Street Bangkit dari Januari Kelabu, IHSG Siap Rebound?

Saham AS yang sempat berayun di zona hijau dan merah pada sesi awal perdagangan yang berombak pada Selasa (1/2), kompak ditutup menguat. Fluktuasi tersebut terjadi karena investor menimbang serentetan hasil pendapatan dan laba kuat yang dicatatkan perusahaan baru-baru ini terhadap ketidakpastian lanjutan atas dampak suku bunga yang lebih tinggi.
Setelah Januari yang liar, Dow Jones Industrial Average naik 272 poin, atau 0,8%, menjadi 35.422,11. S&P 500 naik 0,6% menjadi 4.547,72. Nasdaq Composite naik 0,7% menjadi 14.340,08.
"Setelah sangat terganggu di bulan Januari, investor dan trader akhirnya memfokuskan kembali pada musim pendapatan," kata Jeff Kilburg, kepala investasi Sanctuary Wealth, dilansir CNBC Internasional.
"Melihat beberapa pergerakan ini dan panduan ke depan yang lebih baik telah menciptakan banyak optimisme di musim pendapatan ini, yang [semula] cenderung terabaikan karena fakta bahwa Federal Reserve mengambil alih panggung utama," ujar Jeff.
Sebelumnya, indeks utama Wall Street tercatat membukukan kerugian tajam untuk Januari yang ditandai oleh perubahan harga yang brutal. Saham blue-chip Dow turun 3,3%, dengan S&P 500 dan Nasdaq mengalami penurunan bulanan terburuk sejak Maret 2020, masing-masing turun 5,3% dan 8,98%. Itu juga merupakan penurunan Januari terbesar bagi S&P 500 sejak 2009.
Aksi jual Januari terjadi ketika The Fed mengisyaratkan kesiapannya untuk memperketat kebijakan moneter, termasuk menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir empat dekade. Investor berbondong-bondong keluar dari saham teknologi yang berorientasi pada pertumbuhan, yang sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga.
Saham bank memimpin kenaikan pasar pada perdagangan Selasa, dengan Goldman Sachs dan JPMorgan Chase masing-masing naik 2,2% dan 1,5%. Wells Fargo juga naik lebih dari 3%.
Perbankan mendapat dorongan karena benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun naik 2 basis poin untuk menembus kembali di atas 1,8%. Langkah itu terjadi bahkan setelah data manufaktur AS untuk Januari menunjukkan lebih banyak tanda kenaikan inflasi.
Nama-nama teknologi besar seperti Netflix dan Meta Platforms berkontribusi terhadap kenaikan indeks utama Wall Street, dengan masing-masing menguat 6,5% dan 1,8%. Alfabet juga naik 1,5%.
Investor dan para pedagang juga masih menunggu rilis pendapatan dari Alphabet - yang dijadwalkan untuk dilaporkan setelah penutupan perdagangan - dengan Amazon dan Meta akan melaporkan akhir minggu ini.
Sejauh ini perusahaan membukukan laporan pendapatan dan laba cukup solid, dengan 78,5% dari perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan berhasil mengalahkan ekspektasi bottom-line, menurut FactSet.
UPS melaporkan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan dan menaikkan dividen kuartalannya, mengirim saham naik lebih dari 13%. Saham Exxon Mobil naik lebih dari 3% setelah perusahaan melaporkan perolehan laba kuartalan di atas perkiraan dan pendapatan yang melonjak lebih dari 80% secara tahunan.
Data yang dirilis Selasa menunjukkan aktivitas manufaktur AS melambat bulan lalu. Laporan Institute for Supply Management mengungkapkan IPM turun menjadi 57,6-angka di atas 50 umumnya menandakan ekspansi-di bulan Januari dari 58,8 di bulan Desember. Laporan tersebut menunjukkan bahwa varian Covid-19 Omicron dan hambatan rantai pasokan termasuk di antara masalah yang membebani aktivitas manufaktur.
Sebuah laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja mengatakan perekrutan dan jumlah pengunduran diri pekerja melambat pada Desember dari bulan sebelumnya.
(fsd/fsd)