3 Bank Besar Panen Laba, IHSG Bakal 'Manis' Pada Akhir Pekan
Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah the Fed yang memberi isyarat untuk menaikkan suku bunga segera direspon negatif oleh pasar. Bursa saham Asia karam, sementara rupiah dan SBN tumbang. Untungnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan karena ditopang hasil kinerja keuangan emiten.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,16% di level 6.611,16 pada perdagangan kemarin, Kamis (27/1/2022).
Di sesi I, indeks bergerak fluktuatif namun berakhir melemah. Di sesi kedua IHSG bangkit dan berhasil kembali menembus level psikologis 6.600.
Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 11,43 triliun. Namun asing net sell Rp 18,8 miliar di pasar reguler, cenderung tipis.
Mayoritas bursa saham Asia masih terbenam di zona merah. Hanya IHSG dan Indeks Philipina yang ditutup di zona hijau.
Indeks KOSPI Korea Selatan ditutup ambruk 3,5% ke level 2,614.49, Nikkei Jepang ambles 3,11% ke 26.170,30, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,99% ke 23.807, Shanghai Composite China tergelincir 1,78% ke 3.394,25, dan Straits Times Singapura melemah 0,35% ke posisi 3.260,03.
Investor cenderung merespons negatif dari pernyataan The Fed yang berencana menaikkan suku bunga acuannya pada Maret 2022.
"Saya akan mengatakan bahwa komite berkeinginan untuk menaikkan suku bunga dana federal pada pertemuan Maret, dengan asumsi bahwa kondisinya sesuai untuk melakukannya," kata Ketua The Fed, Jerome Powell kepada wartawan seusai rapat FOMC, Rabu (26/1/2022) waktu setempat.
Powell mengatakan pasar tenaga kerja telah membuat kemajuan yang luar biasa. Peningkatan pekerjaan solid dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, inflasi akan tetap tinggi untuk jangka panjang dan masalah rantai pasokan ternyata lebih besar serta lebih tahan lama dari yang diperkirakan sebelumnya, menurut Powell.
Sementara itu, kurs rupiah bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Pada Kamis (27/1/2022) rupiah ditutup di Rp 14.385/US$.
Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan kemarin. Mayoritas investor melepas obligasi pemerintah kemarin, ditandai dengan naiknya imbal hasil atau yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun turun tipis 0,1 bp ke level 3,508%, sedangkan untuk yield SBN berjatuh tempo 30 tahun melemah tipis 0,2 bp ke level 6,887%.
Sementara untuk yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara menguat 2,4 bp ke level 6,435%.
(ras/vap)