Newsletter

Siapkan Duit Segepok! Santa Rally Bisa Bikin IHSG Naik Tinggi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 27/12/2021 06:11 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan terbaru virus corona varian Omicron membuat sentimen pelaku pasar membaik pada pekan lalu. Sayangnya, pasar finansial dalam negeri bervariasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah, sementara rupiah mampu membukukan penguatan cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Dari pasar obligasi, nyaris semua tenor Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penguatan.

Pada perdagangan hari ini, Senin (27/12) pasar finansial Indonesia berpeluang menghijau sebab hari ini merupakan awal Santa Rally. Dalam 20 tahun terakhir, IHSG mengalami penguatan selama Santa Rally. Seberapa sering dan besar penguatannya dibahas pada halaman 3.

Pada pekan lalu sentimen pelaku pasar semakin membaik setelah 3 hasil studi yang menunjukkan virus corona varian Omicron menyebabkan pasien yang terinfeksi harus dirawat di rumah sakit lebih rendah ketimbang varian lainnya. Artinya, pasien yang positif Omicron menunjukkan gejala yang lebih ringan ketimbang varian lainnya.

Studi tersebut dilakukan di Afrika Selatan yang merupakan asal Omicron, di Inggris yang saat ini kasusnya sedang meledak, dan di Skotlandia.

Merespon kabar tersebut IHSG sebenarnya mampu menguat dalam 3 dari 5 perdagangan sepanjang pekan lalu. Tetapi pelemahan yang tajam dalam dua perdagangan membuatnya membukukan mengakhiri pekan di 6.562,900 atau melemah 0,59%.

Sementara itu rupiah sukses menguat 4 hari beruntun hingga Jumat (24/12), dengan persentase lebih dari 1% ke Rp 14.220/US$.

Sementara dari pasar obligasi, hanya SBN tenor 3 tahun yang mengalami pelemahan, terlihat dari penurunan imbal hasilnya (yield) sebesar 2,9 basis poin. Sementara yield SBN tenor lainnya mengalami penurunan.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, saat harga naik maka yield akan turun begitu juga sebaliknya. Ketika harga naik artinya sedang ada aksi beli.

Membaiknya sentimen pelaku pasar juga berdampak pada pergerakan obligasi. Meski kasus Omicron dilaporkan hanya bergejala ringan, tetapi banyak yang memberikan peringatan agar tetap waspada.

"Bagi kita sebagai individu, hasil studi tersebut menjadi sesuatu yang bagus," kata Relf Reintjes, profesor epidemiologi di Hamburg University of Applied Sciences, sebagaimana diwartakan CNBC International, Kamis (23/12).

Tetapi ia juga menyatakan jika dilihat dari sudut pandang epidemiologi, penyebaran Omicron lebih cepat ketimbang varian sebelumnya. Jadi masyarakat dan sistem kesehatan masih dalam risiko tinggi.

Hal senada juga diungkapkan dr. Jim McMenamin, direktur di Publik Health Scotland, menyebut riset tersebut sebagai "kabar baik yang memenuhi syarat", tetapi ia juga memperingatkan jangan menganggap remeh.

"Penting bagi kita untuk tetap berhati-hati. Dampak serius yang bisa ditimbulkan Omicron tidak bisa dianggap remeh," kata McMenamin sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (22/12).

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Menghijau, Indeks S&P 500 Cetak Rekor


(pap/pap)
Pages