
Dear Investor, Ada Harapan Rebound Meski Pasar Bakal Volatil

Sentimen pasar masih buruk, dibayangi oleh faktor pendemi yang kian parah dengan penyebaran varian Omicron, sementara secara politis sudah tidak ada harapan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) bakal menggelontorkan stimulus untuk mengobati kecemasan pasar.
Senator Joe Manchin, yang menjadi kunci politik guna meloloskan paket investasi Presiden AS Joe Biden senilai US$ 1,75 triliun, menyatakan tidak akan mendukung paket tersebut. Goldman Sachs pun langsung memangkas proyeksi pertumbuhan AS. Indeks bursa saham pun berguuran.
Maka, buyarlah ekspektasi akan adanya suplai aset tambahan yang bakal penyerap likuiditas di pasar modal. Imbal hasil (yield) obligasi acuan pemerintah AS turun menjadi 1,4% yang mengindikasikan terjadi aksi beli.
Di tengah perkembangan buruk-lagi-lagi dari sisi politis-berupa pembatasan sosial (lockdown) yang marak diberlakukan di Eropa, pelaku pasar pun memiliki tambahan alasan untuk memburu surat utang pemerintah, dan mengurangi eksposur di aset riskan seperti saham.
Rerata kasus harian di New York pekan lalu dilaporkan melonjak dua kali lipat dengan rerata lebih dari 7.200 kasus per hari. Pada pekan sebelumnya, rerata harian kasus baru Covid-19 tercatat sebanyak 3.200.
Walikota New York Bill de Blasio mengatakan bahwa lonjakan kasus Omicron tersebut akan mencapai puncaknya dalam beberapa pekan ke depan. Dia menyatakan akan mewajibkan vaksinasi agar kekebalan kelompok terjadi dan penghentian ekonomi bisa dihindari.
Di sisi lain, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan pemangkasan yang lebih agresif atas pembelian obligasi di pasar. Mereka akan mengakhirinya Maret tahun depan, diiringi kenaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali.
Dikepung berbagai sentimen yang kurang menyenangkan bagi pemodal di bursa tersebut, ekspektasi akan adanya reli usai libur Natal hingga Tahun Baru, alias Santa Claus rally, berpeluang mengendur.
Namun di tengah tipisnya volume dan atau nilai transaksi, yang juga terjadi di bursa Indonesia, investor boleh bertaruh bahwa hari ini akan terjadi pembalikan arah secara teknis (technical rebound).
Bespoke Investment Group dalam laporan risetnya menyebutkan bahwa rerata pembalikan pada Selasa, setelah koreksi Senin sebesar 1%, adalah berkisar 0,9%. Hal ini terjadi dalam 309 hari perdagangan.
"Mentalitas pembelian di kala koreksi secara agresif telah terbukti menguntungkan dalam 1,5 tahun terakhir khususnya di saham yang harganya tumbuh tinggi, terhalangi oleh gelombang pembalikan stimulus yang kian menghilang," tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
(ags/ags)