
Batu Bara Mau Dijadikan 'Mantan Terindah', IHSG Tegar Ya

Wall Street yang mampu menguat pada perdagangan Jumat dikatakan sebab pasar mulai melihat masalah rantai pasokan yang menjadi biang keladi inflasi tinggi sudah mencapai puncaknya.
"Pergerakan pasar di hari Jumat merupakan rebound dari pada yang terjadi sebelumnya. Kita mungkin mulai melihat puncak dari kecemasan terhadap rantai pasokan," kata Victoria Fernadez, kepala ahli strategi di Crossmark Global Investments, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Jika benar masalah rantai pasokan sudah mencapai puncaknya, maka inflasi kemungkinan akan melandai, dan tentunya menjadi kabar bagus, tidak hanya bagi Amerika Serikat, tetapi juga bagi negara lainnya.
Maklum saja, Amerika Serikat merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, jika perekonomiannya bermasalah akibat inflasi tinggi, tentunya akan berdampak buruk bagi negara lainnya.
Penguatan Wall Street akibat meredanya kecemasan akan masalah rantai pasokan bisa memberikan sentimen positif ke pasar Asia, termasuk IHSG.
Selain itu, dari eksternal data pertumbuhan ekonomi Jepang di kuartal III-2021 yang diperkirakan kembali mengalami kontraksi. Hasil polling Reuters menunjukkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 0,2% dari kuartal II-2021 (quarter-to-quarter/QtQ). Sementara pada periode kuartalan yang disetahunkan, kontraksi diperkirakan sebesar 0,8%.
Jepang mengalami lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di kuartal III-2021, bahkan menjadi yeng terparah sepanjang pandemi. Alhasil pembatasan sosial kembali diketatkan, sehingga perekonomiannya kembali berkontraksi.
Namun, jika kontraksi lebih dalam dari perkiraan tentunya akan memberikan dampak negatif.
Kemudian China akan merilis banyak data hari ini, diantaranya penjualan ritel dan produksi industri di bulan Oktober.
China kembali menjadi perhatian pasar belakangan ini, sebab mengalami inflasi tinggi, dan dikhawatirkan mengalami stagflasi atau staganannya pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan inflasi tinggi.
Pemerintah China hari ini melaporkan inflasi yang dilihat dari consumer price index (CPI) naik 1,5% year-on-year (YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY.
Yang paling membuat cemas adalah inflasi dari sektor produsen (producer price index/PPI) yang meroket 13,5% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir.
Ketika inflasi di produsen tinggi, maka ada risiko inflasi CPI juga akan melesat dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, produsen kemungkinan besar akan menaikkan harga jual produknya.
Kenaikan CPI bisa mempengaruhi daya beli masyarakat, dan akan terlihat dari penjualan ritel. Sementara PPI akan memberikan dampak bagi produksi industri China.
Artinya, sentimen eksternal dari Amerika Serikat memang cukup bagus bagi IHSG, rupiah, maupun SNB, tetapi pasar juga akan melihat data dari Jepang dan China.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Pasar Hari Ini (2)