Polling CNBC Indonesia

Bulan Depan Ada yang Bikin Geger Dunia! RI Harus Apa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 October 2021 11:40
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Namun, sepertinya BI punya pertimbangan lain. Kalau suku bunga acuan diturunkan, yang (semoga) membuat bunga kredit di perbankan ikut turun, maka ada risiko besar yang menyertainya.

Pasar 'meramal' bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed akan memulai pengurangan stimulus pada November 2021 alias bulan depan. Pengurangan itu adalah dengan menurunkan 'dosis' pembelian surat berharga (quantitative easing) yang sekarang bernilai US$ 120 miliar per bulan. Pengurangan quantitative easing ini yang akrab disebut tapering off.

So, kemungkinan besar mulai bulan depan pasokan dolar AS tidak akan sebanyak sekarang. Seperti barang, pasokan yang berkurang akan membuat 'harga' dolar AS makin mahal.

Mandat utama BI yang diatur dalam Undang-undang (UU) adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kalau dolar AS 'kesurupan' gara-gara tapering, maka stabilitas rupiah sangat mungkin terancam.

Demi menjaga stabilitas rupiah, Indonesia butuh arus modal masuk atawa capital inflow. Bagaimana caranya agar aliran modal ini bisa terus datang?

Salah satunya adalah suku bunga. Apabila suku bunga rendah, maka imbalan investasi di aset-aset berbasis rupiah jadi ikut turun. Arus modal mampet, rupiah ikut seret.

Jadi, sangat wajar BI belum bisa menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan. Diturunkan susah, karena nasib rupiah terancam. Dinaikkan juga belum saatnya, karena perekonomian domestik belum pulih betul dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Opsi yang paling mungkin adalah, ya ditahan saja...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular