Newsletter

Standing Ovation Kemarin, Awas IHSG Rawan Hari Ini

Tri Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 05/10/2021 07:19 WIB
Foto: Karyawan Bursa Korea (KRX) berpose di depan indeks harga saham akhir selama kesempatan berfoto untuk media di acara penutupan seremonial pasar saham 2018 di Seoul, Korea Selatan, 28 Desember 2018. REUTERS / Kim Hong- Ji

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri kompak finish di zona hijau kemarin. Saham, obligasi dan nilai tukar rupiah, semuanya menguat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 1,83% ke level 6.342,69. Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali turun menjadi Rp 17,2 triliun.

Investor asing tercatat masih melakukan pembelian bersih (net buy) dalam jumlah yang cukup besar, yakni mencapai Rp 1,9 triliun di pasar reguler. Sebanyak 317 saham menguat, 202 saham melemah dan 143 lainnya mendatar.

Beberapa saham yang menjadi penggerak (movers) bagi indeks berasal dari sektor energi terutama batu bara.

Hal tersebut merespons kenaikan harga bahan bakar fosil baik gas, batu bara hingga minyak mentah akibat adanya krisis energi yang melanda dunia.

Sementara itu mayoritas harga obligasi pemerintah ditutup menguat di saat yang sama. Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik melemah 2,6 bp ke level 6,333% pada hari ini.

Kenaikan harga saham dan obligasi pemerintah turut menjadi katalis positif bagi nilai tukar rupiah. Di pasar spot rupiah menguat 0,28% sementara di kurs tengah BI rupiah mengalami kenaikan 0,27% terhadap dolar AS. Rupiah pun kembali ke bawah Rp 14.300/US$.

Penguatan aset keuangan dalam negeri tak luput dari adanya tren kenaikan harga komoditas. Salah satunya adalah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

Harga CPO masih menjalani tren bullish. Dalam sepekan terakhir, harga naik 3,55% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya adalah 5,06%.

Indonesia adalah negara produsen dan eksportir CPO terbesar dunia. Kenaikan harga komoditas berarti devisa hasil ekspor yang diterima Indonesia akan membengkak. Melimpahnya pasokan valas di perekonomian domestik menjadi pijakan kuat bagi stabilitas rupiah.

Halaman 2>>


(sef/sef)
Pages