Bursa Asia Kurang Kompak di Awal Pekan, Ini Penyebabnya

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
04 October 2021 16:49
A woman walks past an electronic board showing Hong Kong share index outside a local bank in Hong Kong, Monday, April 1, 2019. Shares have surged in Asia following a bullish Friday on Wall Street, where the benchmark S & P 500 logged its biggest quarterly gain in nearly a decade. (AP Photo/Vincent Yu)
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (4/10/2021) awal pekan ini, di tengah kekhawatiran investor akan krisis energi yang disebabkan oleh melonjaknya harga gas alam dan beberapa komoditas lainnya.

Indeks Straits Times (STI) Singapura dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup cerah bergairah pada hari ini, di mana indeks STI ditutup melesat 1,26% ke level 3.089,65 dan IHSG berakhir melonjak 1,83% ke posisi 6.342,69.

Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang dan Hang Seng Hong Kong ditutup ambles pada hari ini. Nikkei ditutup ambles 1,13% ke level 28.444,89 dan Hang Seng berakhir ambruk 2,19% ke posisi 24.036,37.

Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan dan Shanghai Composite China pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional. Untuk pasar saham China termasuk Shanghai, pada pekan ini hanya dibuka pada Jumat (8/10/2021), karena adanya libur panjang.

Beragamnya pergerakan pasar Asia pada hari ini terjadi setelah adanya penghentian sementara perdagangan saham Evergrande jelang pengumuman perseroan tentang "transaksi besar."

Perusahaan properti terbesar kedua di China tersebut akan menjual setengah saham di unit manajemen propertinya ke Hopson Development seharga lebih dari US$ 5 miliar.

Alhasil, saham Evergrande Property Services juga dibekukan sementara, bersamaan dengan pengembang properti China lainnya yakni Hopson.

"Sentimen pasar di Hong Kong sangat rapuh saat ini dan pasar cepat menerima tanda-tanda berita buruk," kata Dickie Wong, direktur eksekutif untuk penelitian di Kingston Securities, dikutip dari Reuters.

Sementara itu dari Jepang, pasar saham Negeri Sakura juga ditutup ambles karena investor di negara tersebut kembali khawatir dengan perkembangan krisis keuangan Evergrande.

Selain itu, perdana menteri baru Jepang yang menyerukan pemilihan umum yang lebih cepat dari perkiraan juga turut membebani sentimen pasar hari ini.

Fumio Kishida secara resmi mengambil alih sebagai perdana menteri Jepang ke-100 pada hari ini. Namun menurut media lokal NHK, Kishida akan membubarkan kabinet terkininya pekan depan dan mengadakan pemilihan pada 31 Oktober.

Di lain sisi, indeks STI dan IHSG terdorong oleh sentimen dari kenaikan harga energi yang dipicu oleh adanya krisis energi yang melanda berbagai negara akibat kelangkaan pasokan gas alam.

Minggu (3/10/2021) kemarin, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, AS) melesat 19,45%. Sejak akhir 2020 (year-to-date/YTD), harga gas alam meroket 118,35%.

Harga gas yang semakin mahal membuat biaya pembangkitan listrik dengan bahan bakar ini kian tidak ekonomis. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 75,725/MWh pada 28 September 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 50,53/MWh.

Namun Eropa dan China sudah terlanjur punya komitmen untuk mengurangi konsumsi batu bara yang dinilai tidak ramah lingkungan. Dengan harga gas yang naik terus, perburuan terhadap sumber-sumber energi primer pun menggila. Bahkan batu bara yang sempat 'dicuekin' kini kembali dilirik.

Di lain sisi, beberapa pelaku pasar Asia juga masih mengkhawatirkan sentimen dari inflasi tinggi dan prospek tapering (pengurangan stimulus moneter ke pasar), serta kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS). Yield surat utang AS (Treasury) tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu sempat menyentuh 1,56%, atau menjadi yang tertinggi sejak Juni.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular