
2 Jempol untuk IHSG, Melesat Hampir 2% & Asing Borong Rp 2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup melesat pada perdagangan Senin (4/10/2021) awal pekan ini, di tengah tren naiknya harga komoditas, terutama batu bara yang terpantau melonjak dalam beberapa hari terakhir.
Indeks saham acuan nasional tersebut ditutup melonjak 1,83% ke level 6.342,69. IHSG pun akhirnya sukses menembus level psikologis 6.300 pada hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali turun menjadi Rp 17,2 triliun. Investor asing tercatat masih melakukan pembelian bersih (net buy) dalam jumlah yang cukup besar, yakni mencapai Rp 1,9 triliun di pasar reguler. Sebanyak 317 saham menguat, 202 saham melemah dan 143 lainnya mendatar.
Investor asing melakukan pembelian bersih di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 583 miliar. Selain di saham BBRI, asing juga tercatat mengoleksi saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 218 miliar.
Dari pergerakan sahamnya, saham BBRI ditutup melesat 1,79% ke level harga Rp 3.970/unit, sedangkan saham BBCA berakhir melonjak 2,96% ke posisi harga Rp 34.800/unit.
Sementara penjualan bersih dilakukan asing di saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang dilepas sebesar Rp 57 miliar dan di saham PT ABM Investama Tbk (ABMM) sebesar Rp 49 miliar.
Saham ACES ditutup meroket 3,57% ke level Rp 1.305/unit, sedangkan saham ABMM ditutup menguat 0,81% ke posisi harga Rp 1.250/unit.
Beberapa saham yang menjadi penggerak (movers) bagi indeks berasal dari sektor energi terutama batu bara. Hal tersebut merespons kenaikan harga bahan bakar fosil baik gas, batu bara hingga minyak mentah.
Kenaikan harga energi tersebut dipicu oleh adanya krisis energi yang melanda berbagai negara akibat kelangkaan pasokan gas.
Minggu (3/10/2021) kemarin, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, AS) melesat 19,45%. Sejak akhir 2020 (year-to-date/YTD), harga gas alam meroket 118,35%.
Harga gas yang semakin mahal membuat biaya pembangkitan listrik dengan bahan bakar ini kian tidak ekonomis. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 75,725/MWh pada 28 September 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 50,53/MWh.
Namun Eropa dan China sudah terlanjur punya komitmen untuk mengurangi konsumsi batu bara yang dinilai tidak ramah lingkungan. Dengan harga gas yang naik terus, perburuan terhadap sumber-sumber energi primer pun menggila. Bahkan batu bara yang sempat 'dicuekin' kini kembali dilirik.
Indonesia adalah eksportir terbesar dunia untuk batu bara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Kenaikan harga dua komoditas ini tentu akan mendongkrak kinerja ekspor Indonesia. Tidak hanya menggairahkan perekonomian nasional, kenaikan ekspor juga akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham