
Ada Ancaman dari Barat, Dolar AS Bisa Jadi "Bom Waktu"

Presiden The Fed wilayah Chicago yang juga masuk dalam anggota Federal Open Market Committee (FOMC) yang membuat kebijakan moneter kemarin mengatakan suku bunga baru akan dinaikkan pada akhir 2023.
Evans menjadi salah satu anggota FOMC yang bersikap dovish. Ia melihat, inflasi yang tinggi saat ini hanya bersifat sementara, dan baru akan cukup tinggi dan stabil guna menjadi alasan untuk menaikkan suku bunga pada akhir 2023.
"Saya memasukkan proyeksi di waktu yang seharusnya.... Menaikkan suku bunga di 2023," kata Evans merujuk pada Fed dot plot yang dirilis pada Kamis lalu, sebagaimana dikutip Reuters Senin (27/9).
Setiap akhir kuartal, The Fed akan memberikan proyeksi suku bunganya, terlihat dari dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.
Dalam dot plot yang terbaru, sebanyak 9 orang dari 18 anggota FOMC kini melihat suku bunga bisa naik di tahun depan. Jumlah tersebut bertambah 7 orang dibandingkan dot plot edisi Juni. Saat itu mayoritas FOMC melihat suku bunga akan naik di tahun 2023.
Evans menjadi salah satu yang proyeksinya tidak berubah, yakni di 2023. Alhasil, meski posisi net long dolar AS semakin menumpuk, tanpa ada pemicu tapi justru ada peredam dari pernyataan Evans, indeks dolar AS belum mampu melesat, hanya menguat tipis 0,08% kemarin, yang memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat hari ini.
![]() |
Meski Evans melihat suku bunga baru naik di akhir 2023, tetapi masalah tapering ia sepakat untuk segera dilakukan.
Selain Evans, kemarin ada Gubernur The Fed Lael Brainard dan Presiden The Fed Wilayah New York Charles Evans yang mengindikasikan sepakat untuk segera melakukan tapering.
"Saya pikir jelas kami sudah mencapai kemajuan substansial dalam target inflasi. Selain itu kemajuan yang bagus juga terjadi di pasar tenaga kerja yang menuju maksimum. Dengan asumsi perekonomian terus membaik seperti yang saya perkirakan, pengurangan nilai program pembelian aset bisa dilakukan segera secara moderat," kata Williiams dalam acara Economic Club of New York, sebagaimana dikutip CNBC International.
Sementara itu Brainard mempertegas jika tapering tidak ada kaitannya dengan suku bunga. Artinya saat tapering resmi selesai, diperkirakan pada pertengahan tahun depan, bukan berarti suku bunga akan segera dinaikkan.
"Panduan ke depan untuk target tenaga kerja maksimum dan rata-rata inflasi jauh lebih tinggi agar bisa menaikkan suku bunga, ketimbang melakukan tapering. Saya akan menekankan, waktu kenaikan suku bunga tidak bisa dikaitkan dengan pengumuman tapering," kata Brainard.
Sementara itu ketua The Fed, Jerome Powell akan memberikan testimoni di hadapan Kongres AS malam ini, dan kembali menjadi perhatian pelaku pasar.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini
(pap/pap)