Newsletter

Sudah di Titik Nadir Tahun Ini, Mampukah IHSG Balik Arah?

Putra, CNBC Indonesia
24 May 2021 06:15
Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Dari pasar modal acuan global AS, Indeks acuan saham di Wall Street bergerak mixed pekan lalu seiring dengan indeks saham bursa global yang masih bercampur meskipun cenderung merah.

Tercatat pekan lalu indeks acuan Dow Jones terkoreksi 0,35%, indeks S&P 500 turun 0,18%, sedangkan indeks acuan saham-saham teknologi Paman Sam sukses naik 0,69%.

Data makro AS yang dirilis di akhir pekan berhasil menyelamatkan bursa saham Paman Sam jatuh ke zona merah pada penghujung perdagangan pekan lalu.

Rilis data pengangguran AS yang 'ok' mampu menjadi booster untuk aset-aset berisiko seperti ekuitas. Data klaim tunjangan pengangguran di AS mencapai angka 444.000, atau jauh lebih baik dari polling Dow Jones yang semula memperkirakan angka 452.000 setelah sepekan sebelumnya mencapai 473.000.

Angka pengangguran yang terus turun menjadi indikator positif bahwa perekonomian terbesar di dunia semakin membaik seiring dengan masifnya vaksinasi dan pembukaan ekonomi secara gradual.

"Perbaikan klaim tunjangan pengangguran memperkuat pandangan kami bahwa data tenaga kerja yang mengecewakan bakal menjadi persoalan ketimbang pertanda penurunan, dan kami mengantisipasi perbaikan pasar tenaga kerja dalam beberapa bulan ke depan," tutur Manajer Portofolio Insight Investment Scott Ruesterholz seperti dikutip CNBC International.

Selain kabar gembira rilis klaim pengangguran ternyata masih ada rilis data makro Paman Sam di pekan lalu yang cukup apik. Salah satunya tentunya dari rilis data aktivitas manufaktur terbaru di Negeri Paman Sam. IHS Markit melaporkan pembacaan awal (flash reading) terhadap aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Mei 2021 berada di 61,5.

Angka ini naik dibandingkan angka April 2021 yang sebesar 60,5 sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak pencatatan dilakukan oleh IHS Markit pada Oktober 2009. "Ekonomi AS terpantau mengalami akselerasi yang spektakuler pada bulan ini, tingkat ekspansi bisnis melonjak ke titik tertinggi seiring aktivitas masyarakat yang dibuka kembali usai ditutup karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Namun, survei Mei menunjukkan kekhawatiran lebih jauh soal inflasi karena pertumbuhan menyebabkan kenaikan harga. Rata-rata harga barang dan jasa naik ke level yang tidak terduga, yang kemungkinan akan tercermin di angka inflasi pada bulan-bulan mendatang," papar Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, seperti dikutip dalam siaran tertulis.

Ya, meskipun rilis data ekonomi oke, pasar masih takut akan adanya potensi The Fed melakukan tapering pembelian bonds ataupun peningkatan kembali suku bunga karena angka inflasi yang terus melaju yang tentu saja akan membuat aset-aset beresiko menjadi kurang peminat.

(trp/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular