Newsletter

IHSG-Rupiah Kayaknya Mau Berjaya, Jangan Ketinggalan Kereta!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 May 2021 06:00
Wall Street
Ilustrasi Bursa Saham AS (REUTERS/Brendan McDermid)

Pindah ke bursa saham New York, tiga indeks utama berakhir variatif cenderung menguat hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,7%, S&P 500 menguat 0,27%, tetapi Nasdaq Composite berkurang 0,48%.

Investor di Wall Street bergairah karena kinerja keuangan emiten yang ciamik. Berdasarkan kompilasi Refinitiv, lebih dari separuh emiten di indeks S&P 500 yang sudah menyetor laporan keuangan dan diperkirakan laba naik sampai 46% pada kuartal I-2021. Jauh lebih baik ketimbang proyeksi sebelumnya yaitu naik 24%.

Sekitar 87% laporan keuangan yang sudah diumumkan sejalan atau bahkan lebih baik dari konsensus pasar. Ini adalah rasio tertinggi sejak Refinitiv mulai melakukan pencatatan pada 1994.

"Musim laporan keuangan belum selesai. Kinerja keuangan emiten akan semakin membaik karena situasi memang sudah jauh lebih baiik. Jadi masih ada ruang untuk kenaikan," tegas Eric Freedman, Chief Investment Officer di US Bank Wealth Management, seperti dikutip dari Reuters.

"Sejauh ini realisasi laporan keuangan jauh lebih baik dari perkiraan. Investor ritel dan institusi merasa positif dengan kondisi pasar, meski indeks sudah berkali-kali menyentuh rekor tertinggi," tambah Mrak Grant, Chief Global Market Strategist di B. Riley FBR, juga dikutip dari Reuters.

Rilis data ekonomi terbaru juga berpihak kepada aset berisiko seperti saham. Institute of Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur AS pada April 2021 adalah 60,7. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 64,7 meski masih di zona ekspansi.

Penurunan aktivitas manufaktur disebabkan oleh dunia usaha yang kewalahan dalam memenuhi permintaan yang meningkat pesat. Dunia usaha kehabisan bahan baku (input) karena permintaan meonjak akibat vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang masif plus kehadiran stimulus fiskal dari pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden.

Di sektor otomotif, kekurangan pasokan semikonduktor membuat produksi terpaksa dikurangi. Ford, misalnya, memangkas produksi lebih dari 50% untuk kuartal II-2021.

Di bidang teknologi informasi, pasokan chip juga langka. Akibatnya, produksi perangkat seperti iPad dan komputer Mac terpaksa dikurangi sehingga penjualan menyusut dalam hitungan miliar dolar AS.

Data ini menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi, bahkan di AS sekalipun, tidak berjalan seragam. Di satu sisi permintaan meningkat tajam tetapi belum bisa diimbangi oleh pasokan yang memadai.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ekonom AS belum sehat betul. Berbagai dukungan masih diperlukan. Pemerintah memberikan stimulus hingga triliunan dolar AS dan bank sentral (The Federal Reserve/The Fed) masih perlu menjaga kebijakan moneter tetap ultra-longgar agar dunia usaha bisa terus berekspansi untuk dapat memenuhi permintaan.

Ini membuat pasar jadi kurang berani untuk bertaruh suku bunga acuan bakal naik dalam waktu dekat. Mengutip CME FedWatch, peluang Federal Funds Rate tetap bertahan di 0-0,25% hingga akhir 2021 mencapai 89%. Lebih tinggi ketimbang posisi sepekan lalu yaitu 86%.

fedSumber: CME FedWatch

Suku bunga yang kemungkinan besar tetap rendah akan menguntungkan bagi emiten di pasar saham. Biaya ekspansi akan murah sehingga prospek kenaikan laba terbuka lebar.

Potensi kenaikan laba ini kemudian diapresiasi oleh investor dengan berburu saham. So, tidak heran Wall Street bisa menguat hari ini.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular