Newsletter

Wall Street "Kebakaran" tapi IHSG Punya Senjata Rahasia!

Putra, CNBC Indonesia
21 April 2021 06:29
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa (20/4/21). Sempat ambruk 0,9%, koreksi IHSG terpangkas menjadi 0,23% di level 6.038,32 setelah seharian berkutat di zona merah.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,5 triliun. Terpantau investor asing menjual bersih Rp 321 miliar di pasar reguler.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Senin (19/4/2021) hingga Selasa (20/4/2021) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%. Semenntara suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Gubernur BI Perry Warjiyo bersama Deputi Gubernur Senior dan Anggota Dewan Gubernur lain melihat keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI memandang masih terjadi ketidakpastian pasar keuangan global.

Namun, bank sentral merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2021 menjadi 4,1-5,1%. Perkiraan tersebut lebih rendah dari yang sebelumnya yaitu 4,3-5,3%.

"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,1-5,1%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, kemarin.

Meski direvisi ke bawah namun perkiraan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan realisasi 2020 yang masih kontraksi. Pertumbuhan ditopang oleh perbaikan ekspor, berlanjutnya stimulus fiskal dan perbaikan investasi.

Sementara itu obligasi tenor 10 tahun milik Paman Sam yang sempat menghantui pasar saham kembali terkoreksi ke level 1,555% setelah sempat naik ke level 1,615%. Obligasi AS ini sempat menyentuh level 1,77% dan menyebabkan pasar saham di berbagai belahan negara dunia tumbang karena adanya ketakutan The Fed akan menaikkan suku bunga.

Dengan meredanya yield obligasi AS, sejatinya menjadi kabar baik bagi pasar modal. Ketakutan pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga juga sudah berkurang di mana disebutkan setidaknya dewa moneter AS itu akan terus mempertahankan suku bunga 0% paling tidak hingga akhir tahun ini.

Berbeda dengan IHSG, nilai tukar rupiah melanjutkan tren positif melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa. Rupiah mampu membukukan penguatan 3 hari beruntun, sekaligus menjadi yang terbaik di Asia.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,45% ke Rp 14.480/US$. Level tersebut menjadi yang terkuat pada hari ini, setelahnya penguatan rupiah terpangkas hingga kembali ke Rp 14.525/US$. Namun, rupiah kembali mempertebal penguatan, dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.495/US$, menguat 0,34% di pasarspot.

Sementara itu, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas ditutup menguat pada perdagangan Selasa (20/4/2021), setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya pada periode April 2021. Mayoritas SBN kembali ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor acuan SBN.

Namun di SBN bertenor 1 tahun dengan seri FR0061 masih dilepas oleh investor dan mengalami pelemahan harga serta kenaikanyield, yakni naik sebesar 0,9 basis poin (bp) ke level 3,909%.

Sementara yield SBN seri FR0087 dengan tenor 10 tahun yang menjadi acuan obligasi negara kembali turun sebesar 4,6 bp ke level 6,429%.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) tergelincir pada penutupan perdagangan dini hari tadi. Ini akibat meningkatnya kasus corona global yang menyebabkan investor cabut kembali dari saham-saham siklikal.

Indeks acuan Paman Sam Dow Jones terdepresiasi 0,75% dan S&P 500 juga ikut merah 0,68%. Sementara indeks Nasdaq yang memiliki konstituen saham-saham teknologi terkoreksi paling parah di angka 0,92%.

Setelah sebelumnya sempat mengabaikan sang pembawa bencana Covid-19 karena vaksinasi massal telah dimulai, para investor mulai kembali memfokuskan masalah ke virus dari Wuhan, China. Pasalnya tren lonjakan kasus kembali terjadi di seluruh dunia. 

Kasus baru corona global yang sempat berada di kisaran 350 ribu kasus baru perhari pada bulan Februari silam, kembali melesat dan saat ini rata-rata tujuh hari terakhir. Bahkan, bertambah 628 ribu atau naik hampir dua kali lipat meski vaksinasi massal di seluruh belahan bumi sudah dilancarkan.

Hal ini menyebabkan saham-saham energi akhirnya dilego investor karena para pemodal bertaruh industri transportasi global yang biasanya membantu menyokong industri energi masih belum akan pulih dalam waktu cepat. Ini tentu juga menyebabkan aksi jual di saham-saham maskapai penerbangan semacam Boeing, United Airlines, Southwest Airlines, Delta Air Lines, dan American Airlines.

Saham-saham finansial juga kembali berada di posisi bertahan setelah sektor ini terkena efek terkoreksinya imbal hasil obligasi AS di mana obligasi tenor 10 tahun yang diterbitkan AS yang biasanya menjadi acuan turun 38 basis poin menjadi 1,56%. Saham-saham teknologi yang biasanya diuntungkan dari koreksi obligasi juga ternyata gagal memanfaatkan momentum setelah investor masih menunggu rilis kinerja keuangan FAANG.

Sentimen negatif tentu saja akan menghampiri pembukaan perdagangan IHSG dengan ambruknya bursa saham AS. Akan tetapi bukan berarti IHSG akan langsung kalah sebelum bertanding.

Dari sentimen korporasi, investor Paman Sam masih menunggu rilis kinerja keuangan korporasi besar yang akan dirilis pekan ini. Termasuk di antaranya Netflix, Verizon, Chipotle, Las Vegas Sands, dan kawan kawan.

Dari sisi ekonomi riil, tidak banyak rilis data yang akan dipantau hari ini. Beberapa di antaranya adalah di AS akan hadir aplikasi mortgage MBA yang tentu saja akan menjadi salah satu indikator penjualan rumah Paman Sam di mana pekan lalu rilis kurang apik setelah turun 3,7% dan terkoreksi 6 pekan beruntun.

Selanjutnya kasus baru corona global kini mengalami kenaikan hampir dua kali lipat meski vaksinasi massal di seluruh belahan dunia sudah dilancarkan juga menyebabkan sentimen tersendiri. Meskipun demikian dari dalam negeri, Covid-19 tidak semengerikan kasus global.

Kasus Covid-19 di Ibu Pertiwi semakin melandai. Di mana pada Februari silam kasus baru harian berada di angka 10 ribu sedangkan rata-rata penambahan kasus baru selama tujuh hari terakhir saat ini berada di angka 5,3 ribu saja atau turun hampir setengahnya.

Vaksinasi massal juga terus digulirkan. Dari data terakhir sudah ada 10,9 juta masyarakat yang sudah divaksin paling tidak sekali, setara dengan 4,1% populasi. Sedangkan yang sudah dua kali disuntik vaksin berada di kisaran 6 juta orang atau 2,2% populasi.

Hal ini tentu saja bisa membawa kabar gembira bagi pasar karena kesuksesan Indonesia dalam menangani Covid-19. Ini berbanding terbalik dengan kasus corona global yang terus meningkat.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

 

  • Indeks Harga Produsen Korea Selatan Periode Februari 2021 (4:00 WIB)
  • Penjualan Ritel Australia Periode Maret 2021 (8:30 WIB)
  • GDP Russia Periode Maret 2021 (12:00 WIB)
  • Inflasi Britania Raya Periode Maret 2021 (13:00 WIB)
  • Inflasi Kanada Periode Maret 2021 (19:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular