Newsletter

Hawa Gak Enak! Yield Treasury Tinggi Lagi, Wall Street Loyo

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
31 March 2021 06:20
PMI China Bulan Maret Naik (CNBC Indonesia TV)
Foto: PMI China Bulan Maret Naik (CNBC Indonesia TV)

Pelaku pasar perlu mengamati pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada hari ini, di mana bursa saham Negeri Paman Sam ditutup kembali melemah pada perdagangan kemarin.

Penyebab Wall Street kembali melemah adalah kenaikan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun, di mana yield acuan surat utang AS tersebut sempat naik 6 basis poin (bp) ke level tertingginya 1,77% pada Selasa (30/3/2021) pagi waktu setempat.

Level tersebut merupakan level tertinggi dalam 14 bulan atau sejak Januari 2020, seiring dari peluncuran vaksin dan pengeluaran infrastruktur yang diharapkan mendorong prospek pemulihan ekonomi yang luas dan kenaikan inflasi.

Namun pada penutupan pasar, yield Treasury kemudian melandai ke level 1,72%.

Ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan, serta kenaikan inflasi membuat pelaku pasar melepas Treasury yang membuat yield-nya naik.

Namun, pasar juga perlu mencermati rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Conference Board (CB), di mana indeks keyakinan konsumen (IKK) tersebut melonjak menjadi 109,7 pada Maret 2021, tertinggi dalam periode satu tahun.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan indeks naik menjadi 96,8 dari 90,4 di Februari lalu.

Selain itu, pelaku pasar juga perlu memantau pidato Presiden AS, Joe Biden yang akan dilaksanakan pada Rabu (31/3/2021) waktu setempat atau Kamis (1/4/2021) dini hari waktu Indonesia, terkait pemberian paket bantuan lanjutan.

Presiden Joe Biden diharapkan memberikan rincian tentang rencana infrastrukturnya ketika dia melakukan perjalanan ke Pittsburgh pada hari Rabu. Paket pengeluaran bisa menghabiskan biaya sebesar US$ 3 triliun.

Selain beberapa sentimen di atas, pelaku pasar perlu mencermati rilis data ekonomi di beberapa negara pada hari ini.

Di kawasan Asia, beberapa data ekonomi akan dirilis hari ini, salah satunya adalah rilis data indeks manajer pembelian (Purchasing Manager' Index/PMI) manufaktur dan non-manufaktur China pada periode Maret 2021.

Konsensus Reuters memperkirakan PMI manufaktur China pada Maret 2021 akan kembali berekspansi ke angka 51, dari sebelumnya pada Februari 2021 di angka 50,6

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, dan di atas 50 berarti ekspansi.

Sementara di Eropa, Inggris akan merilis data pertumbuhan ekonominya pada kuartal keempat tahun 2020.

Hal ini perlu dicermati oleh pelaku pasar, karena hingga saat ini, pemberlakuan karantina wilayah (lockdown) di beberapa wilayah di Inggris masih diberlakukan secara mikro.

Sementara itu di dalam negeri, pelaku pasar masih perlu mencermati efek sentimen dari kebijakan manajemen BPJS Ketenagakerjaan yang akan mengurangi porsi investasi di saham dan reksa dana.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular