
Hawa Gak Enak! Yield Treasury Tinggi Lagi, Wall Street Loyo

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali melemah pada perdagangan Selasa (30/2/2021) waktu setempat, karena saham teknologi utama kembali tertekan setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS acuan tenor 10 tahun kembali naik dan menyentuh level tertinggi sejak Januari 2020.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,31% ke level 33.066,96, S&P 500 terkoreksi 0,31% ke 3.958,79, dan Nasdaq Composite turun 0,11% ke 13.045,39.
Saham Apple dan Microsoft menjadi top lossers dari 30 saham di indeks Dow Jones, di mana keduanya terjatuh lebih dari 1%.
Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun naik 6 basis poin (bp) ke level tertingginya 1,77% pada Selasa (30/3/2021) pagi waktu setempat.
Level tersebut merupakan level tertinggi dalam 14 bulan atau sejak Januari 2020, seiring dari peluncuran vaksin dan pengeluaran infrastruktur yang diharapkan mendorong prospek pemulihan ekonomi yang luas dan kenaikan inflasi.
Namun pada penutupan pasar, yield Treasury kemudian melandai ke level 1,72%.
"Ada dua sisi yang berbeda dari kenaikan suku bunga, apakah itu didorong oleh ketakutan akan inflasi atau oleh optimisme tentang ekonomi? Dan belakangan ini lebih banyak didorong oleh optimisme tentang ekonomi, "kata Tom Hainlin, ahli strategi investasi global di U.S. Bank Wealth Management, dikutip dari CNBC International.
Investor menanggapi positif terkait rilis data kepercayaan konsumen AS yang jauh melebihi ekspektasi.
Indeks Keyakinan Konsumen Conference Board (CB) melonjak menjadi 109,7 pada Maret 2021, tertinggi dalam periode satu tahun. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan indeks naik menjadi 96,8 dari 90,4 di Februari lalu.
Setelah rilis data IKK tersebut, saham penerbangan dan pelayaran pun kembali melesat, di mana saham penerbangan American Airlines melonjak lebih dari 5% dan saham United Airlines melonjak lebih dari 3%.
Sedangkan untuk saham pelayaran Karnaval dan saham Norwegia Cruise Line keduanya naik setidaknya 3%.
Pasar saham mengalami peningkatan volatilitas pada pekan ini, di tengah aksi jual paksa (forced selling) pengelola dana jangka pendek yang melakukan short selling (jual kosong) saham media.
Namun, saham ViacomCBS dan Discovery akhirnya berhasil rebound, setelah mencatat kerugian besar pada akhir pekan lalu, didorong oleh Archegos Capital Management yang menjual sejumlah saham besar akhir pekan lalu. Discovery melonjak lebih dari 5%, sementara ViacomCBS naik 3,6%.
Wells Fargo naik lebih dari 2% setelah perseroan mengatakan tidak mengalami kerugian terkait penutupan eksposurnya ke Archegos.
Saham bank lain juga kembali bangkit. Goldman Sachs naik 1,9%. JPMorgan dan Bank of America juga masing-masing naik lebih dari 1%.
Sementara itu, saham Credit Suisse dan Nomura membukukan kinerja buruk pada kuartal I-2021, setelah mengumumkan kerugian "signifikan" akibat jual paksa yang menimpa para hedge fund tersebut.
Sepanjang bulan berjalan, indeks Dow dan S&P 500 masih terhitung menguat, masing-masing sebesar 7,2% dan 4,2%.
Di lain sisi, Presiden Joe Biden diharapkan memberikan rincian tentang rencana infrastrukturnya ketika dia melakukan perjalanan ke Pittsburgh pada hari Rabu. Paket pengeluaran bisa menghabiskan biaya sebesar US$ 3 triliun.
Jim Lacamp, Senior Vice President Morgan Stanley Wealth Management meyakini bahwa pasar sudah lari terlalu jauh. "Pasar sudah bergerak terlalu cepat secara mental dari pemulihan tahap awal menjadi tahap menengah, dan ini bisa berarti bahwa indeks kesulitan melanjutkan aksi cetak rekor tertinggi baru," tuturnya kepada CNBC International.
(chd/chd)