Newsletter

Waspada Saham Bank, Serok Saham Tambang!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 March 2021 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih saja melemah, tetapi tidak dengan nilai tukar rupiah.

Kemarin, IHSG ditutup di posisi 6.122,88 atau melemah 0,54% dibandingkan hari sebelumnya. Meski masih merah, tetapi jauh membaik karena IHSG sempat ambles lebih dari 1%.

IHSG belum bisa lepas dari tren koreksi. Sejak awal bulan ini hingga kemarin, IHSG sudah anjlok 3,4%. Dari 17 hari perdagangan, IHSG hanya mampu finis di zona hijau sebanyak enam kali.

Akan tetapi, nasib rupiah sedikit lebih baik. Mata uang Tanah Air menutup perdagangan pasar spot di Rp 14.420/US$, sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan. Padahal rupiah nyaris sepanjang hari berkubang di zona merah.

Walau begitu, rupiah punya kesamaan dengan IHSG yaitu sedang menjalani tren pelemahan. Pada bulan ini, rupiah melemah 1,19% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Dari 17 hari perdagangan, rupiah hanya empat kali finis di jalur hijau.


Harap maklum, investor memang sedang lebih memilih dolar AS yang berstatus sebagai aset aman (safe haven). Ini tidak lepas dari perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), terutama di Eropa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 24 Maret 2021 adalah 43.099.204 orang. Bertambah 207.424 orang dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 215.930 orang per hari. Lebih tinggi dibandingkan rerata sepekan sebelumnya yaitu 192.688 orang per hari.

Vaksinasi di Eropa pun terhambat karena lebih dari selusin negara menangguhkan penggunaan vaksin buatan AztraZeneca-Universitas Oxford karena kekhawatiran terhadap efek samping seperti pembekuan darah (blood clotting). Laju vaksinasi melambat signifikan.

Our World in Data mencatat rata-rata tujuh harian vaksinasi di negara-negara Uni Eropa per 23 Maret 2021 adalah 1,08 juta dosis per hari. Ini adalah yang terendah sejak 19 Maret 2021.

Pandemi virus corona sepertinya masih akan menggerogoti ekonomi Eropa. Apalagi sejumlah negara kembali memberlakukan karantina wilayah alias lockdown. Ekonomi bakal 'mati suri'.

Sementara di AS, situasinya berkebalikan. Vaksinasi anti-virus corona di Negeri Paman Sam semakin cepat. Per 23 Maret 2021, rata-rata tujuh harian vaksinasi mencapai 2,49 juta dosis per hari, nomor satu di dunia.

Situasi ini membuat ekonomi AS berpeluang tumbuh cepat mengungguli Eropa. Perbedaan nasib ini kemudian tercermin dalam nilai tukar mata uang.

"Jadi, dolar berpotensi untuk terus menguat karena vaksinasi di AS berjalan dengan cepat. Sementara di Eropa, vaksinasi sedang terhambat," ujar Ronald Simpson, Global Currency Analyst di Action Economics, sebagaimana diwartakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Wall Street Bangkit!

Syukurlah, ada kabar baik dari New York di mana tiga indeks utama di Wall Street berakhir menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,62%, S&P 500 bertambah 0,52%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,12%.

Namun sepertinya penguatan ini hanya rebound teknikal. Maklum, DJIA dan kawan-kawan sudah melemah cukup dalam. Banyak barang murah di pasar uang siap untuk 'diserok'.

"Mungkin ini menjadi salah satu dari momentum ambil untung. Pelaku pasar juga perlu menyeimbangkan potofolio mereka jelang akhir kuartal I," kata Jordan Kahn, Chief Investment Officer di ACM Funds yang berbasis di Los Angeles (AS), sepert dikutip dari Reuters.

Dari sisi data ekonomi, ada rilis terbaru yang menambah optimisme di pasar. Pada pekan yang berakhir 20 Maret 2021, jumlah klaim tunjangan pengangguran di Negeri Adikuasa tercatat 684.000. Turun drastis 97.000 dbaadingkan pekan sebelumnya dan menyentuh titik terendah sejak Maret 2020.

Data ini menunjukkan bahwa perlahan tetapi pasti AS mulai pulih dari dampak pagebluk virus corona yang memporak-porandakan seluruh sendi kehidupan. Kini pandemi mulai terkendali karena vaksinasi terus digalakkan sehingga 'keran' aktivitas dan mobilitas publik bisa dibuka secara bertahap.

Lapangan kerja pun kembali tercipta, meski masih jauh dari level sebelum pandemi. Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, dalam Rapat Kerja dengan Kongres kemarin menyebut masih ada sekitar 9,5 juta orang yang belum kembali bekerja.

"Kondisi sudah membaik dibandingkan tahun lalu, tetapi masih ada jutaan orang yang benar-benar merasakan penderitaan ekonomi. Vaksinasi yang semakin cepat dan luas semoga menjadi awal untuk mengakhiri penderitaan tersebut," tutur AnnElizabeth Konkel, Ekonom di Indeed Hiring Lab, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, Presiden AS Joseph 'Joe' Biden memang punya target tinggi dalam hal vaksinasi. Saat jumpa pers Gedung Putih, pengganti Donald Trump itu yakin bisa menyuntikkan 200 juta dosis vaksin anti-virus corona dalam 100 hari pertama pemerintahannya.

"Saya percaya kami bisa melakukannya," tegas Biden, sebagaimana diwartakan Reuters.

Mengutip catatan Our World in Data, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negeri Adidaya per 24 Maret 2021 adalah 130,47 juta dosis. Biden mulai menghuni Gedung Putih pada 20 Januari 2021 sehingga 100 hari pemerintahannya akan jatuh pada 30 April 2021, ada waktu sebulan lebih sedikit.

Per 24 Maret 2021, rata-rata tujuh harian vaksinasi di AS mencapai hampir 2,5 juta dosis per hari. So, target Biden bisa tercapai jika laju vaksinasi bisa dijaga di level yang sekarang, apalagi kalau bisa ditingkatkan

Lapangan kerja yang semakin terbuka dan cepatnya vaksinasi membuat prospek ekonomi AS sangat cerah. Biden menyatakan mayoritas pihak memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh lebih dari 6% tahun ini. Jika itu terwujud, maka akan menjadi laju tercepat sejak 1980-an.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah sentimen yang perlu diperhatikan. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang melegakan. Wall Street yang cenderung hijau bisa menjadi pelecut semangat investor di pasar keuangan Asia untuk mencapai hal yang sama, termasuk di Indonesia.

Kedua, perlu diwaspadai bahwa laju pemulihan ekonomi dunia ternyata tidak seragam. AS mungkin bisa mencapai pertumbuhan ekonomi ekonomi yang tinggi tahun ini, tetapi sepertinya tidak dengan Eropa. Lonjakan kasus positif corona dan lockdown akan membebani perekonomian Eropa.

IHS Markit memang melaporkan aktivitas bisnis yang dicerminkan dari Purchasing Managers' Index (PMI) di Uni Eropa membaik. Pembacaan awal PMI Zona Euro untuk periode Maret 2021 adalah 52,5, naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 48,8. Angka 52,5 adalah yang tertinggi dalam delapan bulan terakhir.

Namun, perbaikan ini kemungkinan besar tidak berkelanjutan. Lockdown yang berlaku hingga bulan depan tentu akan membuat dunia usaha sulit melakukan ekspansi karena gagguan di sisi pasokan dan permintaan. Akibatnya, kepercayaan diri pebisnis bakal menciut.

"Prospek ke depan kemungkinan besar memburuk, karena tingginya kasus Covid-19 dan permbelakuan lockdown. Dunia usaha akan dihadapkan kepada dua kondisi. Di satu sisi permintaan eksternal akan naik karena pemulihan ekonomi di kawasan lain, tetapi di di sisi lain permintaan dalam negeri akan terbatas karena ada pembatasan aktivitas," jelas Chris Williamson, Chief Business Economist di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Oleh karena itu, jangan senang dulu saat jumlah pengangguran di AS turun dan vaksinasi semakin cepat. Sebab di bagian bumi yang lain, situasinya masih penuh keprihatinan. Ini akan menjadi risiko bagi pemulihan ekonomi global yang kemudian menyebabkan instabilitas di pasar keuangan.

Sentimen ketiga, yang juga menambah instabilitas, adalah kejadian di Terusan Suez. Kapal kargo Ever Given, yang punya panjang 400 meter, tersangkut dan menutup seluruh jalur di kanal tersebut. Para kru yang mencoba menarik kapal itu menggambarkannya seperti paus yang terdampar di pantai.

"Kami tidak bisa mengesampingkan bahwa (upaya penyelamatan) ini bisa memakan waktu berminggu-minggu. Ini tergantung perkembangan situasinya," ungkap Peter Berdowski, CEO Boskalis (salah satu tim penyelamat), seperti dikutip dari Reuters.

Terusan Suez bukan jalur sembarangan. Ini adalah kanal tersibuk di dunia yang mengubungkan Asia-Eropa. Kalau tidak lewat situ, maka kapal harus berputar jauh sehingga memakan lebih banyak waktu dan biaya.

Salah satu dampak mampetnya Terusan Suez adalah fluktuasi harga minyak. Harga minyak jenis brent sempat melonjak lebih dari 6%. Namun kemudian investor memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari untung dengan menjual kontrak minyak. Akibatnya, harga anjlok 3,88% pada pukul 01:41 WIB.

Ini baru bicara minyak, belum produk lain yang perdagangannya mengandalkan Terusan Suez sebagai rute utama. Sudah ada lebih dari 200 kapal kontairer besar yang terjebak di sana, menyebabkan waktu pengiriman menjadi lebih lama dan tentu pembengkakan biaya.

Semoga masalah di Terusan Suez bisa cepat terselesaikan. Sebab semakin lama terjadi gangguan, maka arus perdagangan dunia akan terhambat. Ini tentu menjadi risiko bagi upaya pemulihan ekonomi global.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Sentimen ketiga, kali ini dari dalam negeri, sepertinya saham-saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih perlu mendapat perhatian. Kemarin, koreksi di indeks sektor keuangan adalah yang terdalam yaitu turun 1,31%.

Sepertinya ini terkait dengan semakin besarnya tekanan kepada perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit. Dua pejabat tinggi negara mengungkapkan hal itu dalam acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional di Semarang.

"Bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) sudah mulai, saya berterima kasih. Bank-bank lain, ayo turunkan suku bunga kredit," tegas Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI).

"Mengenai suku bunga, kami imbau agar sudah mulai karena ruangnya sudah mulai ada. Kalau kreditnya nambah, revenue-nya juga nambah," kata Winboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Di satu sisi, penurunan suku bunga kredit akan membantu pemulihan ekonomi. Ketika suku bunga kredit rendah, maka dunia usaha dan rumah tangga akan terpancing untuk melakukan ekspansi. Investasi dan konsumsi tumbuh, Produk Domestik Bruto (PDB) pun terangkat.

Namun di sisi lain, bank harus berkorban karena laba akan tergerus. Pada 2020, rata-rata Net Interest Margin (NIM) perbankan Tanah Air ada di 4,51%, terendah sejak 2014. Apabila bunga kredit turun, maka NIM bakal semakin tertekan.

Jika ada risiko laba bank bisa menciut, maka saham emitennya menjadi kurang menarik di mata investor. Akibatnya, saham perbankan bisa kembali 'dibanting' sehingga indeks sektor keuangan terkoreksi lagi.

Padahal bobot indeks sektor keuangan di IHSG adalah yang terbesar. Jadi kalau indeks sektor keuangan anjlok, maka biasanya IHSG akan ikut rontok.

Sentimen keempat, masih dari dalam negeri, ada kabar yang bisa memancing gairah pasar. Sore ini, akan diumumkan pendirian Indonesia Battery Corporation.

"Ada yang namanya EV (Electric Vehicle, kendaraan listrik) battery. Bagaimana policy tidak dikirim keluar negeri raw tetapi diproses di dalam negeri. Kami diberi kepercayaan. PLN, Inalum, Pertamina membuat perusahaan baterai nasional ber-partner dengan CATL dan LG untuk kalangan di 2023," ungkap Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara BUMN, di acara CNBC Indonesia Outlook 2021, bulan lalu.

Sebulan kemudian, omongan Erick itu jadi kenyataan. Indonesia akan memiliki perusahaan milik negara yang memproduksi baterai untuk kendaraan listrik, yang bakal menjadi tren industri otomotif ke depan.

Kabar ini bisa menjadi sentimen positif bagi saham-saham emiten pertambangan. Permintaan akan meningkat, laba berpeluang terangkat, dan investor sepertinya patut memberi apresiasi.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rllis data penjualan ritel Inggris periode Februari 2021 (14:00 WIB).
  2. Rilis data pembacaan final pertumbuhan ekonomi Spanyol periode kuartal IV-2020 (15:00 WIB).
  3. Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa PT Darma Henwa Tbk (15:00 WIB).
  4. Jumpa pers pengumuman pendirian Indonesia Battery Corporation (15:30).
  5. Rilis data pembacaan awal kondisi iklim bisnis Jerman periode Maret 2021 (16:00 WIB).
  6. Rilis data inflasi AS yang dicerminkan dengan Personal Consumption Expenditure periode Februari 2021 (19:30 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular