Newsletter

Wall Street Kebakaran, Bagaimanakah IHSG Hari Ini?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 February 2021 06:22
Kapal Ekspor Manufaktur Indonesia Siap Berangkat ke AS
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Bursa saham Wall Street pada penutupan perdagangan Kamis (17/2/2021) berakhir tidak menggembirakan, di mana ketiga indeks di bursa saham New York kompak ditutup melemah. Hal ini tentunya dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar Asia maupun dalam negeri.

Bursa Wall Street kembali melemah salah satunya karena saham-saham teknologi yang masih menjadi target aksi jual oleh investor.

Data klaim pengangguran yang kurang memuaskan juga menjadi pemberat pergerakan Wall Street kemarin, di mana klaim awal pengangguran pekan lalu menembus angka 861.000, atau jauh lebih buruk dari proyeksi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 773.000.

Dari perilisan data ekonomi, di kawasan Asia, pasar perlu mengamati rilis data inflasi di Jepang untuk periode Januari 2021, di mana diperkirakan inflasi Jepang akan tumbuh negative 1% di Januari 2021.

Di kawasan Eropa, parade rilis data perkiraan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager' Index/PMI) versi Markit periode Februari 2021 juga perlu dicermati oleh pelaku pasar. Selain di Eropa, data perkiraan PMI Markit juga akan dirilis di Amerika Serikat (AS).

Sementara itu di dalam negeri, sentimen dari penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI di tahun 2021 oleh BI masih akan mewarnai pasar keuangan dalam negeri pada hari ini.

Sebelumnya sebagai informasi, pada Kamis kemarin, BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional 2021 menjadi 4,3-5,3% dari yang sebelumnya 4,8-5,8%.

"Pada 2021 BI perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,3-5,3%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/2/2021).

Penurunan proyeksi tersebut dikarenakan rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020. Sehingga secara keseluruhan tahun 2020 terjadi kontraksi ekonomi sebesar 2,07%.

Perry menyebutkan ekonomi Indonesia ke depan sangat bergantung kepada pemulihan ekonomi global dan program vaksinasi nasional yang ditargetkan pemerintah selesai pada akhir 2021.

BI turut mendorong ekonomi dengan sinergi bersama pemerintah.

"Sinergi 5 aspek pembukaan sektor produktif aman, akselerasi stimulus fiskal, peningkatan kredit dari perbankan dan sektor keuangan, berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial, percepatan digitalisasi," jelas Perry.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular