Newsletter

Wall Street Kebakaran, Bagaimanakah IHSG Hari Ini?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 February 2021 06:22
Ekspresi Trader di lantai bursa amerika di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Foto: Ekspresi Trader di lantai bursa amerika di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (18/2/2021), setelah data klaim tunjangan pengangguran masih lebih buruk dari perkiraan.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 119,68 poin atau 0,38% ke level 31.493,34. Sedangkan S&P 500 ditutup melemah 17,36 poin atau terkoreksi 0,44% ke level 3.913,97 dan Nasdaq Composite turun 100,14 poin atau terperosok 0,72% ke 13.865,36.

Saham teknologi lagi-lagi menjadi pemberat Nasdaq, di mana saham Saham Apple Inc, Microsoft Corp, Tesla Inc dan Alphabet Inc turun antara 0,5% dan 1,2% dan membebani indeks S&P 500 dan Nasdaq yang kaya akan teknologi.

Sedangkan Saham Wallmart tersungkur lebih dari 5% setelah merilis kinerja keuangan kuartal IV-202 yang lebih buruk dari estimasi pasar. Pertumbuhan penjualan tahun ini diperkirakan masih lambat karena efek pandemi.

Sementara saham Facebook Inc anjlok karena Wall Street menilai konsekuensi yang lebih luas dari tindakannya untuk memblokir semua konten berita di Australia.

Rilis laporan keuangan perusahaan yang kuat, kemajuan dalam peluncuran vaksinasi dan harapan paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun membantu indeks saham AS kembali mencapai rekor tertinggi pada awal pekan ini.

Namun, kekhawatiran atas prospek inflasi yang meningkat telah mendorong investor untuk membukukan keuntungan di saham-saham yang valuasinya sudah tinggi, terutama di sektor teknologi dan layanan komunikasi di S&P 500, yang telah mendorong kenaikan 76% di S&P 500 sejak posisi terendah Maret 2020.

Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan bahwa klaim awal pengangguran pekan lalu menembus angka 861.000, atau jauh lebih buruk dari proyeksi ekonom dalam survei Dow Jones yang memperkirakan angka 773.000.

Peter Essele, Kepala Manajemen portofolio di Financial Network Commonwealth Boston, mengatakan ada banyak antusiasme yang berlebihan dibangun ke pasar saham menuju ke tahun ini.

"Kami mulai memasuki lingkungan di mana risiko benar-benar menjadi faktor sekali lagi dan terutama risiko inflasi, Sekarang pertanyaannya adalah apakah fundamentalnya akan sesuai dengan tingkat harga yang ada saat ini." Katanya.

Investor memantau ketat pergerakan harga di luar bursa saham, di mana imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun menyentuh level tertingginya dalam 1 tahun sementara harga minyak dan gas melompat menyusul badai salju di Texas.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular