
Neraca Dagang RI Diramal Surplus, Bagaimana Pasar Hari Ini?

Beralih ke bursa saham New York Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama menguat tajam sepanjang pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1%, S&P 500 melejit 1,23%, dan Nasdaq Composite meroket 1,73%.
Sepanjang pekan berjalan, Dow Jones naik 0,9% dan sepanjang bulan berjalan terhitung melompat 4,8%. Sementara itu, indeks S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing sebesar 0,8% dan 1,2% sepanjang pekan, dan sepanjang bulan melesat 5,4% serta 7.3%.
"Di tengah perbaikan ekonomi dan medis yang sedang berjalan, pasar terus berekspektasi tahun 2021 akan menjadi lebih baik sehingga menopang kenaikan harga saham," tutur Brad McMillan, Kepala Divisi Investasi Commonwealth Financial Network, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Karena kinerja kuartal IV-2020 terhitung melampaui ekspektasi, lanjut dia, pelaku pasar dan analis pun mulai menyesuaikan proyeksi laba bersih emiten AS untuk tahun 2021. Terlebih, pemerintah AS kian dekat untuk mengucurkan stimulus senilai US$ 1,9 triliun.
Di sisi lain, ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell kembali menegaskan bahwa kebijakan ultra-longgar masih dibutuhkan untuk mendongkrak perekonomian.
Suku bunga acuan tak akan dinaikkan sampai setidaknya tahun 2023. Tapering dan pengetatan moneter untuk saat ini dinilai Powell sebagai tindakan yang prematur.
Tambahan stimulus berarti tambahan uang beredar yang secara teoritis menekan nilai dolar AS. Likuiditas yang berlimpah memicu inflow ke pasar keuangan negara berkembang tak terkecuali Indonesia.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada Kamis meneken kesepakatan pembelian 200 juta dosis vaksin Covid-19 dari Moderna dan Pfizer, sehingga total dosis vaksin yang dimiliki Negara Adidaya itu mencapai 600 juta.
(chd)