Newsletter

Waspada Banjir! Ngaruh ke IHSG Nggak Ya...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 February 2021 05:53
Ilustrasi IHSG
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak variatif sepanjang pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat, tetapi nilai tukar rupiah tidak bergerak.

Sepanjang pekan lalu, IHSG menguat nyaris 5% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, IHSG finis di posisi tertinggi sejak 25 Januari 2021.

Arus modal asing mengalir deras ke pasar keuangan Tanah Air. Bank Indonesia (BI) mencatat selama periode 1-5 Februari 2021, investor asing membukukan beli bersih Rp 12,12 triliun, terdiri dari Rp 4,21 triliun di pasar saham dan Rp 7,91 triliun di pasar obligasi pemerintah.

Derasnya arus modal ke pasar obligasi pemerintah membawa imbal hasil (yield) ke bawah, tanda bahwa harga instrumen ini naik karena permintaan yang membludak. Pada perdagangan akhir pekan, yield Surat Berharga Negara (SBN) seri acuan tenor 10 tahun berada di 6,165%. Ini adalah yang terendah sejak 8 Januari 2021.

Akan tetapi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) stagnan. Mengawali pekan di Rp 14.020/US$, mata uang Tanah Air berakhir di posisi serupa pada akhir pekan.

Rupiah tidak berdaya mengimbangi dolar AS yang sedang perkasa. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,46%. Sejak awal 2021, indeks ini melesat 1,19%.

Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama menguat tajam sepanjang pekan lalu. Dow Jonoes Industrial Averaga (DJIA) melonjak 3,89%, S&P 500 melejit 4,65%, dan Nasdaq Composite meroket 6,01%. Nasdaq mencatatkan kenaikan mingguan tertinggi sejak awal November 2020.

Pekan lalu, pelaku pasar di Wall Street semringah karena kabar positif seputar rencana stimulus fiskal AS. Pemerintahan Joseph 'Joe' Biden berencana menggelontorkan stimulus senilai US$ 1,9 triliun dan sepertinya bakal mendapat restu dari Kongres.

Proposal stimulus sudah lolos di House. Wakil Presiden Kamala Harris melakukan tugasnya dengan memberikan suara dukungan saat voting di Senat.

Dalam konstitusi AS, Wakil Presiden adalah Presiden Senat, tetapi tidak memiliki hak suara sampai terjadi situasi yang benar-benar terpecah 50-50. Suara Harris akhirnya membuat Senat menyetujui proposal stimulus pemerintah.

Nancy Pelosi, Ketua House dari Partai Demokrat, memperkirakan paket stimulus sudah bisa disahkan sebelum 15 Maret 2021. Presiden Biden ingin agar paket tersebut segera terlaksana di lapangan.

"Kalau saya harus memilih antara membantu rakyat AS sekarang atau mematuhi prosedur yang bertele-tele, maka itu pilihan yang gampang. Saya akan membantu rakyat AS sekarang," tegas Biden, sebagaimana diwartakan Reuters.

Stimulus fiskal tentu akan sangat membantu perekonomian AS yang begitu terpukul akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Sejak kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dilonggarkan pada tengah tahun lalu, penciptaan lapangan kerja memang terus meningkat. Namun masih jauh dari level pra-pandemi.

Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) pada Januari 2021 sebanyak 49.000. Di bawah konsensus yang dihimpun Reuters dengan proyeksi 50.000.

"Stimulus ini akan besar. Akan ada banyak uang tersedia dan siap membantu sektor-sektor yang berkinerja buruk," kata Alan Lancz, Presiden Alan B Lancz & Associate yang berbasis di Toledo (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Stimulus akan memberi dorongan bagi perekonomian Negeri Paman Sam untuk terus tumbuh, bahkan semakin membaik. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPNpw memperkirakan ekonomi pada kuartal I-2021 tumbuh 4,8% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yang sebesar 4%.

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan seputar pandemi virus corona.

Ada dinamika yang positif di berbagai negara. Di Jepang, misalnya, tes acak terhadap warga ibu kota Tokyo menunjukkan 0,91% responden telah memiliki antibodi untuk menangkal virus corona. Naik dibandingkan tes yang dilakukan pada Juni 2020 yaitu 0,1%.

Dalam beberapa hari terakhir, kasus corona di Negeri Matahari Terbit terpantau melandai. Per 6 Februari 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di Jepang adalah 401.355 orang. Bertambah 2.307 orang (0.56%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Selama 14 hari terakhir (24 Januari-6 Februari 2021), rata-rata pasien positif bertambah 3.234 orang per hari. Jauh menurun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.923 orang.

Situasi serupa terjadi di Australia. Mulai akhir pekan lalu, Kota Perth dan sekitarnya mulai membuka kembali 'keran' aktivitas dan mobilitas penduduk.

"Saya sangat lega kita bisa mencapai titik ini. Sekarang kita bisa memulai lagi bisnis dan ekonomi dengan penuh rasa percaya diri," tegas Mark McGowan, Menteri Australia Bagian Barat, seperti dilansir Reuters.

Seperti halnya di Jepang, kurva kasus corona di Negeri Kanguru pun melandai. WHO mencatat jumlah pasien positif corona di Australia per 6 Februari 2021 adalah 28.842 orang. Bertambah empat orang (0,01%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah enam orang setiap harinya. Lebih sedikit ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 13 orang per hari.

Selain itu, kabar seputar vaksin anti-virus corona juga terus berdatangan. Johnson & Johnson (J&J) sepertinya akan segera mendapat izin penggugaan darurat atau Emergy Use Authorization dari badan pengawas obat dan makanan AS atas vaksin buatan mereka. Tidak seperti vaksin lainnya, vaksin anti-virus corona buatan J&J hanya butuh satu dosis per orang.

Dalam laporan uji terakhir yang dilakukan di berbagai negara, didapati vaksin J&J memiliki tingkat efekasi 66% untuk melawan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Di atas ketentuan WHO yang mensyaratkan efikasi 50% untuk penggunaan darurat.

Semakin banyak vaksin tentu semakin bagus. Pasokan akan lebih memadai karena kebutuhan terhadap vaksin sangat tinggi. Tambahan pasokan dari J&J tentu akan sangat membantu dalam 'perang' melawan virus corona. Semoga pandemi ini bisa segera berakhir.

Sentimen kedua, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Januari 2021. Trading Economics memperkirakan angkanya berada di 95, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 96,5. Andai terwujud, maka akan menjadi koreksi pertama setelah IKK naik dalam dua bulan beruntun.

Jika IKK turun, maka akan sangat dimaklumi. Sebab, pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sebagian wilayah Jawa-Bali sejak 11 Januari 2021.

PPKM mensyaratkan perkantoran memberlakukan kerja dari rumah (work from home) kepada minimal 50% karyawan. Sekolah pun belum bisa melakukan proses pelajar-mengajar tatap muka. Tempat wisata yang dikelola pemerintah juga belum boleh beroperasi.

Sementara pusat perbelanjaan wajib tutup pukul 21:00, sebelumnya malah lebih awal lagi yaitu pukul 19:00. Restoran boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat, tetapi maksimal 50% dari kapasitas. Rumah ibadah juga masih terbuka bagi jamaah, tetapi lagi-lagi dibatasi maksimal 50% dari kapasitas.

Artinya, roda ekonomi belum bisa berputar cepat. Masih ada pembatasan di sana-sini yang membuat konsumen patut khawatir dengan prospek penghasilannya.

Ini tentu bisa menjadi sentimen negatif di pasar, karena masa depan ekonomi Tanah Air menjadi penuh tanda tanya. Konsumsi rumah tangga yang masih lemah membuat Indonesia bakal sulit menggenjot pertumbuhan ekonomi. Sebagai informasi, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh -2,07% tahun lalu.

Sentimen ketiga, masih dari dalam negeri, adalah risiko banjir di sejumlah daerah. Akhir pekan lalu, sejumlah daerah di Jawa Tengah dikepung banjir. Kini wilayah ibu kota negara Jakarta pun berisiko mengalami hal serupa.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini soal potensi hujan lebat yang bakal terjadi pada Senin hingga Selasa (8-9 Januari 2021). Hujan tersebut diprediksi bisa mengakibatkan banjir atau banjir bandang di sejumlah wilayah, termasuk Jakarta yang berstatus siaga 3 atau waspada hingga pukul 20.00 WIB pada Minggu malam.

Banjir plus PPKM, hasilnya aktivitas dan mobilitas masyarakat tentu akan semakin terbatas. Prospek pertumbuhan kuartal I-2021 menjadi terancam.

Belum lagi kalau penduduk terpaksa mengungsi. Tempat pengungsian yang padat manusia bisa menjadi 'mangsa empuk' bagi virus corona.

Tidak seperti Jepang atau Australia, kurva kasus corona di Indonesia belum melandai. Per 7 Februari 2021,Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona adalah 1.157.837 orang. Bertambah 10.827 orang (0,94%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 12.041 orang per hari. Naik dibandingkan rata-rata 14 hari sebelumnya yaitu 11.517 orang setiap harinya.

Jika kasus tidak kunjung mereda, maka pemerintah tentu akan punya pertimbangan untuk terus memperpanjang PPKM. Saat PPKM terus berlaku, maka ekonomi akan sulit untuk ditumbuhkan.

Masa depan ekonomi nasional yang masih penuh dengan ketidakpastian bisa menjadi sentimen negatif di pasar. Investor, terutama asing, kemungkinan akan ragu-ragu untuk menanamkan modal di Indonesia karena prospek ke depan masih samar-samar.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
1. Rilis data transaksi berjalan Jepang periode Desember 2020 (06:50 WIB).
2. Pencatatan saham perdana PT Indointernet Tbk (09:00 WIB).
3. Rilis data IKK Indonesia periode Januari 2021 (10:00 WIB).
4. Rilis data produksi industri Jerman periode Desember 2020 (14:00 WIB).
5. Paparan kinerja 2020 PT Bank Central Asia Tbk (14:30 WIB).
6. Rilis laporan keuangan 2020 PT XL Axiata Tbk (tentatif).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (2020 YoY)

-2,07%

Inflasi (Januari 2021 YoY)

1,55%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2020)

3,75%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021)

-5,17% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020)

0,36% PDB

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020)

US$ 2,05 miliar

Cadangan Devisa (Januari 2020)

US$ 138 miliar

 

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular