Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariasi pada perdagangan hari kedua di tahun 2021, Selasa (5/1/2021) kemarin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,53% di level 6.137,34 kemarin. Jika dibandingkan dengan indeks Asia lainnya, penguatan IHSG berada di posisi kedua, sedangkan posisi pertama diduduki oleh KOSPI Korea Selatan.
Hanya indeks Nikkei Jepang dan indeks PSE Filipina yang melemah pada perdagangan kemarin.
Sebaliknya, pasar obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) ditutup tidak menggembirakan kemarin.
Mayoritas, harga SBN di hampir semua tenor mengalami pelemahan, ditandai dengan imbal hasil (yield) yang mengalami kenaikan. Hanya SBN bertenor 1 tahun yang harganya mengalami penguatan dan yield obligasi negara tersebut turun 0,9 basis poin ke level 4,006%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sejalan dengan pasar obligasi pemerintah RI, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga melemah pada perdagangan kemarin, yakni sebesar 0,11% ke level Rp 13.900/US$.
Hari ini, nyaris seluruh mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. Hanya empat mata uang Asia yang masih mampu melawan dolar AS, yakni dolar Hong Kong, yen Jepang, dolar Singapura dan dolar Taiwan.
Jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya yang melemah, pelemahan rupiah tidak terlalu buruk, di mana rupiah berada di posisi kelima dari deretan mata uang Asia yang melemah. Pelemahan yang terbesar dipegang oleh ringgit Malaysia.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street berakhir menghijau pada perdagangan Selasa (5/1/2020) waktu AS, jelang hasil pemilihan Senat di negara bagian Georgia, yang akan menentukan keseimbangan kekuatan di Washington.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,55% ke level 30.391,6. S&P 500 menguat 0,71% ke 3.726,86 dan Nasdaq Composite yang kaya akan teknologi melesat 0,95% ke 12.818,96.
Berdasarkan polling Reuters, sebanyak 538 berharap partai Demokrat dapat memenangkan pemilu tersebut agar Demokrat dapat kembali kendali Senat AS dari partai Republik.
Seiring dari mayoritas kecil di Dewan Perwakilan, sebuah 'sapuan biru' Kongres dapat mengantarkan stimulus fiskal yang lebih besar.
Hal ini juga dapat membuka jalan bagi Presiden terpilih Joe Biden untuk mendorong regulasi perusahaan yang lebih besar dan pajak yang lebih tinggi.
"Memiliki pemerintahan yang terpecah adalah yang umumnya diinginkan investor, apakah Anda seorang Demokrat atau Republik. Investor lebih memilih check and balances," kata Jack Ablin, Kepala Manager Investasi di Cresset Capital Management Chicago.
Indeks Volatilitas Cboe berbalik arah setelah ditutup pada level tertinggi dalam dua bulan terakhir pada Senin, yang membuat indeks utama Wall Street turun ke posisi terendah dua minggu karena investor membukukan keuntungan pada awal tahun.
Meskipun tahun ini merupakan tahun di mana mulai didistribusikannya vaksin virus corona (Covid-19) dan dukungan moneter besar-besaran mendorong indeks saham utama AS ke level rekor baru-baru ini, namun, penemuan strain baru virus corona yang dapat menyebabkan pembatasan wilayah (lockdown) kembali dapat merubah prospek ekonomi.
Data ekonomi menunjukkan, saham-saham AS mendapat dorongan dari survey yang dirilis oleh Institute of Supply Management, di mana survei tersebut menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur AS naik ke level tertinggi dalam hampir 2 tahun pada bulan Desember 2020.
Sementara itu, saham China Telecom Corp Ltd. dan China Mobile Ltd. yang terdaftar di bursa saham AS keduanya naik, sementara China Unicom Hong Kong Ltd menguat setelah NYSE membatalkan keputusannya untuk men-delisting saham tersebut.
Sentimen pertama yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar dalam negeri hari ini adalah tentunya dari penguatan bursa saham acuan global, Wall Street.
Pelaku pasar Amerika Serikat (AS) masih menunggu hasil pemilihan Senat di negara bagian Georgia, di mana pasar berharap adanya perimbangan kekuasaan antara Partai Republik dan Partai Demokrat di Senat.
Sentimen kedua, pasar perlu mencermati rilis data Purchasing Manager' Index (PMI) Jasa di beberapa negara, terutama di Kawasan Asia seperti China, Jepang, Jerman dan Amerika Serikat.
Sentimen ketiga, perkembangan terbaru dari upaya vaksinasi Covid-19 di Indonesia diperkirakan masih berpotensi menjadi katalis positif bagi IHSG.
Januari Effect juga masih menjadi pendorong menguatnya IHSG pada hari ini. Januari Effect adalah fenomena di mana harga saham cenderung naik di bulan Januari.
Efek kalender ini menciptakan kesempatan bagi investor saham untuk membeli saham di harga lebih rendah sebelum Januari dan menjualnya setelah harga sahamnya naik.
Walaupun begitu, Januari Effect pada tahun ini masih dibayangi kekhawatiran pelaku pasar terkait pandemi Covid-19 yang masih menghantui pasar global maupun domestik.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data Cadangan Devisa (Cadev) Korea Selatan periode Desember 2020 (04:00 WIB).
- Rilis data PMI Jasa dan Gabungan Jibun Bank Jepang periode Desember 2020 (07:30 WIB).
- Rilis data PMI Jasa dan Gabungan Caixin China periode Desember 2020 (08:45 WIB).
- Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Jepang periode Desember 2020 (12:00 WIB).
- Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Prancis periode Desember 2020 (14:45 WIB).
- Rilis data PMI Jasa dan Gabungan Markit Jerman periode Desember 2020 (15:55 WIB).
- Rilis data PMI Jasa dan Gabungan Markit Inggris periode Desember 2020 (16:30 WIB).
- Rilis data PMI Jasa dan Gabungan Markit Amerika Serikat (AS) periode Desember 2020 (21:45 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (kuartal III-2020, %YoY) | -3,49 |
Inflasi (2020, %YoY) | 1,68 |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Desember 2020, %) | 3,75 |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2020, %PDB) | -6,34 |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020, %PDB) | 0,36 |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020, US$ Miliar) | 2,05 |
Cadangan Devisa (November 2020, US$ miliar) | 133,56 |
TIM RISET CNBC INDONESIA