
Goodbye 2020, Nggak Ada yang Bakal Kangen Sama Kamu!

Sentimen ketiga, investor rasanya masih perlu memantau dinamika kurs dolar AS. Kemungkinan mata uang Negeri Paman Sam masih tertekan pada perdagangan hari ini.
Pada pukul 03:43 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,41%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini anjlok hampir 2% dan sejak awal kuartal IV-2020 sudah ambrol lebih dari 4%.
Dolar AS memang sedang apes. Data US Commodity Futures Trading Commission menyebutkan, nilai posisi jual (short) terhadap dolar AS pada pekan yang berakhir 21 Desember 2020 adalah US$ 30,15 miliar. Ini adalah nilai tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Artinya, investor memang masih cenderung melepas dolar AS. Tren suku bunga rendah di Negeri Adidaya yang mungkin bertahan dalam hitungan tahun membuat berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi kurang menarik.
Instrumen berbasis rupiah bisa menjadi alternatif bagi pelaku pasar. Misalnya, selisih (spread) antara yield obligasi pemerintah Indonesia dan AS bertenor 10 tahun adalah 492,96 basis poin (bps). Sangat menarik bukan?
Oleh karena itu, sepertinya tren penguatan rupiah di hadapan dolar AS masih akan berlanjut. Sebab, berinvestasi di Indonesia lebih 'seksi' ketimbang AS. Derasnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia akan berkontrbusi terhadap keperkasaan rupiah.
