
BI Sudah Kasih 'Umpan Silang', Bank 'Sundul' Dong!

Namun, pendapat pasar tidak bulat. Ada dissenting opinion, Citi memperkirakan suku bunga acuan turun 25 bps menjadi 3,5%.
Riset Citi menyebut, nilai tukar rupiah bisa menciptakan ruang bagi BI untuk kembali memotong suku bunga acuan. Ya, sepertinya ke depan rupiah cukup aman karena fundamental yang terus membaik.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan pada November 2020 membukukan surplus US$ 2,62 miliar. Sebulan sebelumnya, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 3,61 miliar, tertinggi sejak Desember 2010.
"(Surplus) neraca perdagangan kemungkinan masih akan lebar sampai akhir tahun. Walau biasnaya pada akhir tahun ada tekanan impor karena faktor musiman," sebut riset Citi.
Surplus neraca perdagangan yang terjaga sampai akhir tahun berarti bukan tidak mungkin transaksi berjalan (current account) kembali positif pada kuartalIV-2020. Pada kuartal sebelumnya, transaksi berjalan membukukan surplus 0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), surplus pertama sejak kuartal III-2010.
Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini lebih berjangka panjang, berkesinambungan, ketimbang yang datang dari investasi portofolio di sektor keuangan alias hot money.
Oleh karena itu, transaksi berjalan seringkali dipandang sebagai fondasi penopang nilai tukar suatu mata uang. Dalam transaksi berjalan sehat terdapat nilai tukar mata uang yang kuat.
Jadi rilis data perdagangan akan menjadi sentimen positif bagi mata uang Ibu Pertiwi. Rupiah punya fundamental yang lebih kuat, tidak perlu lagi terlalu cemas terhadap gangguan dari luar.
Situasi rupiah yang kondusif bin aman-terkendali membuat BI punya ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Sebelumnya, pertimbangan BI belum menurunkan suku bunga memang karena memikirkan rupiah. Ketika suku bunga turun, dikhawatirkan berinvestasi di Indonesia menjadi kurang menarik sehingga arus modal asing enggan masuk ke pasar keuangan Tanah Air dan membuat rupiah melemah.
Namun kini rupiah punya 'beking' yang kuat bernama transaksi berjalan yang sehat. Kalau rupiah sampai melemah, maka itu hanya fenomena sesaat karena secara fundamental rupiah punya ruaang untuk terapresiasi.
Oleh karena itu, BI bisa lebih tenang kalaupun mau memangkas suku bunga acuan. Apalagi ada kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)