Newsletter

Hai Sobat Cuan, Ada Sinyal dari Pak Erick Thohir Buat Pasar

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 December 2020 06:05
[THUMB] Rupiah Sentuh 30.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik kurang bernasib mujur pada perdagangan kemarin (10/12/2020). Saham-saham di dalam negeri dan nilai tukar rupiah berguguran tetapi tipis saja.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) drop 0,18%. Asing melego kepemilikan sahamnya di bursa nasional melalui aksi jual bersih senilai Rp 122,5 miliar di pasar reguler. Data perdagangan mencatat 204 saham naik, 268 turun dan 154 stagnan. 

Sebenarnya di awal perdagangan sesi I, indeks acuan saham nasional ini berhasil bertahan di zona hijau. Namun sayang performa IHSG tak mampu bertahan dan berbalik arah di perdagangan sesi II hingga penutupan.

Pengumuman kebijakan kenaikan tarif cukai rokok sebesar 12,5% yang akan efektif per Februari 2021 membuat saham-saham emiten rokok berguguran. Duo saham rokok yang menjadi konstituen indeks LQ45 yakni PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) langsung kena auto reject bawah (ARB).

Beralih ke mata uang, indeks dolar yang rebound membuat mata uang kawasan Asia berguguran. Rupiah tak terkecuali. Di arena pasar spot rupiah dibanderol di Rp 14.090/US$ atau terdepresiasi tipis 0,07% terhadap greenback.

Sentimen di pasar memang cenderung kurang baik pada perdagangan kemarin baik secara global maupun dalam negeri. Sentimen eksternal datang dari kinerja Wall Street yang tak impresif akibat belum adanya titik temu diskusi kebijakan fiskal lanjutan di AS. 

AS menjadi negara penyumbang kasus Covid-19 terbanyak secara global. Lebih dari 15 juta warganya dilaporkan telah terinfeksi patogen ganas itu. Tanpa adanya stimulus fiskal maka ekonomi AS akan sulit dipacu dan di saat yang bersamaan pasar juga jadi kurang bergairah. 

Dari Eropa, sentimen perceraian Inggris dari Uni Eropa (UE) juga turut mewarnai perdagangan. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan para pemimpin Uni Eropa memutuskan untuk memperpanjang masa dialog hingga akhir pekan ini.

Tanpa kesepakatan, hubungan Inggris dan tetangganya di Eropa Daratan menjadi sulit. Arus modal, barang, dan manusia tidak bisa selancar dulu.

Sementara dari dalam negeri ada rilis data ekonomi yang tidak sesuai harapan. Penjualan ritel bulan Oktober mengalami kontraksi yang lebih dalam dari perkiraan. Indeks penjualan riil drop hampir 15% lebih dibanding Oktober 2019. 

Angka tersebut jauh di bawah perkiraan bank sentral nasional dalam rilis laporannya untuk periode September yang memperkirakan kontraksi hanya akan sebesar 10% (yoy) saja di bulan kesepuluh tahun ini.

Pada akhirnya semua sentimen tersebut membuat pasar keuangan menjadi susah terangkat dan cenderung bergerak ke selatan. 

Beralih ke bursa saham New York, indeks acuan saham Paman Sam ditutup variatif. Dow Jones dan S&P 500 terbenam di zona merah sementara indeks Nasdaq Composite yang berisi saham-saham teknologi masih sanggup finish di zona hijau.

S&P 500 dan Dow Jones dua hari beruntun ditutup di zona merah dengan koreksi masing-masing sebesar 0,13% dan 0,23% pagi tadi. Di saat yang sama Nasdaq Composite mencuat sebesar 0,54%.

Ada dua sentimen yang membuat pasar menjadi kurang bergairah. Pertama masih seputar ketidakpastian stimulus ekonomi jilid II AS. Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan negosiasi stimulus berjalan dengan baik. Namun masih ada perdebatan terkait stimulus untuk sektor usaha. 

Pihak Partai Demokrat kembali mendukung proposal bipartisan senilai US$ 908 miliar. Namun pemimpin mayoritas senat Mitch McConnel menolak usulan tersebut. 

Frank Rybinski, kepala strategi makro di Aegon Asset Management, mengatakan kegagalan untuk mencapai kesepakatan tentang stimulus dapat merugikan aset berisiko dalam waktu dekat sebagaimana diwartakan CNBC International.

Menambah sentimen negatif adalah rilis data klaim pengangguran di AS pekan lalu. Data Kementerian Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa jumlah klaim bertambah menjadi 853 ribu minggu lalu. 

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan polling Dow yang hanya mengharapkan kenakan klaim sebanyak 700 ribu. 

"Mengingat tren klaim awal baru-baru ini, kita kemungkinan akan melihat peningkatan lebih lanjut dalam klaim di masa mendatang," tulis Thomas Simons, ekonom pasar uang di Jefferies.

"Bukti kuat telah menunjukkan bahwa klaim mencapai titik perubahan pada awal November karena meningkatnya jumlah kasus Covid dan penerapan kebijakan jaga jarak sosial yang lebih ketat dan benar-benar merugikan sektor jasa ekonomi."

Harapan akan pemulihan ekonomi yang kuat dan antusiasme atas peluncuran vaksin Pfizer-BioNTech di Inggris baru-baru ini mendorong aset-aset berisiko menyentuh rekor tertingginya.

Namun, CEO Commerce Street Capital Dory Wiley percaya kehati-hatian diperlukan untuk investor saham. Menurutnya saat ini ada 90% saham di NYSE diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan harga 200 hariannya yang mengindikasikan bahwa valuasi saham sudah tergolong mahal.

Sebagai kiblat bursa saham global, kinerja Wall Street yang tak kompak menjadi sentimen kurang baik bagi pasar keuangan Asia yang akan buka pagi ini. Namun kembali melemahnya indeks dolar bisa memberikan sedikit kelegaan di pasar. 

Pasalnya ketika greenback melemah mata uang lain terutama untuk kawasan Asia termasuk rupiah berpotensi untuk menguat.

Teranyar ada kabar dari bank sentral Eropa yakni ECB yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya. Otoritas moneter tersebut memutuskan untuk menahan suku bunga acuan operasi refinancing utama, fasilitas pinjaman marjinal dan fasilitas simpanan masing-masing sebesar 0,00%, 0,25% dan -0,50%.

Tak hanya itu, bank sentral di bawah pimpinan Christine Lagarde juga memutuskan untuk menambah injeksi likuiditas ke sistem keuangan dengan memperbesar nilai pembelian obligasi senilai 500 miliar Euro di tengah maraknya lockdown akibat munculnya gelombang kedua wabah Covid-19.

Bank sentral meluncurkan Program Pembelian Darurat Pandemi (PEPP) awal tahun ini dalam upaya untuk menopang ekonomi blok tersebut saat terguncang oleh pandemi Covid-19.

Setelah ekspansi hari Kamis, total nilai pembelian aset sekarang menjadi 1,85 triliun euro, dan ECB memperpanjang periode pembelian PEPP hingga Maret 2022. Investasi ulang aset yang jatuh tempo dari PEPP juga telah diperpanjang hingga akhir 2023.

Dalam sebuah pernyataan menyusul keputusan tersebut, ECB mengatakan akan melakukan pembelian bersih sampai Dewan Pemerintahan menilai bahwa fase krisis virus Corona telah berakhir.

Selain itu ECB juga menegaskan bahwa suku bunga akan tetap pada level rendah saat ini sampai bank sentral melihat prospek inflasi. 

Stimulus moneter yang digelontorkan oleh ECB tersebut tentu menjadi berita positif untuk pasar. Namun di tengah kabar baik tersebut terselip kabar yang sejujurnya kurang mengenakkan. 

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada hari Kamis ada "kemungkinan kuat" Inggris dan UE akan gagal mencapai kesepakatan perdagangan. Namun kedua belah pihak berjanji untuk melakukan apa pun yang dia bisa untuk menghindari adanya perpecahan.

Sentimen di pasar saat ini memang mixed. Optimisme vaksinasi Covid-19 sudah tak berdampak terlalu signifikan sebagaimana ketika awal-awal terjadi. Investor masih akan cenderung wait and see terutama menanti langkah lanjutan terkait stimulus ronde kedua di AS.

Dari dalam negeri sentimen datang dari Menteri BUMN Erick Thohir. Dalam acara CNBC Indonesia Awards, Erick menyampaikan ada 2 aksi korporasi BUMN pada 2021. Aksi korporasi ini bisa menjadi merupakan yang terbesar sepanjang sejarah BUMN di Indonesia.

Salah satu aksi korporasi tersebut, tuturnya, adalah penggabungan sektor usaha mikro yang berada di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Permodalan Nasional Madani, dan PT Pegadaian.

Sinyak yang diberikan oleh Erick ini tentu bisa menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk mulai merencanakan investasinya untuk tahun depan yang kurang dari 3 minggu lagi.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data Inflasi Jerman bulan November 2020 (14.00 WIB)
  • Rilis data Transaksi Berjalan Turki bulan Oktober 2020 (14.00 WIB)
  • Rilis data Inflasi Spanyol bulan November 2020 (15.00 WIB)
  • Rilis data Produksi Industri Italia bulan Oktober 2020 (16.00 WIB)
  • Rilis data Cadangan Devisa India (18.30 WIB)
  • Rilis data Produksi Industri India bulan Oktober (19.00 WIB)

Berikut adalah sejumlah agenda korporasi yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) (14.00 WIB)
  • Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Repower Indonesia Asia Tbk (REAL) (14.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular