Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis(3/12/20) ditutup hijau tipis, terapresiasi 0,15% ke level 5.822,94.
IHSG menghijau setelah investor merespons kabar positif mengenai vaksin corona Pfizer meskipun penguatan terpangkas karena para pelaku pasar melakukan aksi profit taking setelah IHSG melesat tinggi sebulan terakhir.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 121 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp19,6 triliun. Terpantau 232 saham naik, 227 saham turun, sisanya 168 stagnan.
Sentimen penggerak utama pasar modal dalam negeri tentu datang utamanya dari faktor stimulus jumbo AS yang akan kembali dibicarakan. Juga dari kabar dua vaksin corona yakni Pfizer yang penilaian mengenai kesiapan edar vaksin yang dinilai oleh Agensi Obat-obatan Uni Eropa yang bisa saja muncul akhir tahun ini.
Pasar saham global, termasuk Indonesia paling suka terhadap berita mengenai vaksin dimana ketika perkembangan vaksin positif. Maka para pelaku pasar menganggap hidup normal setelah vaksinasi massal akan semakin dekat.
Ini akan membuat perekonomian kembali berputar. Hal tersebut tentu akan menguntungkan pasar modal sehingga optimisme membeli saham semakin kuat.
Stimulus jumbo yang akan diperbincangkan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Ketua DPR AS Nancy Pelosi juga akan membawa kabar positif tersendiri bagi bursa saham negara-negara emerging market terutama Indonesia. RI bisa menjadi primadona untuk kategori ini.
Apabila nantinya stimulus jumbo ini cair maka peredaran dolar AS akan naik dan membuat nilainya turun. Sehingga aset-aset dalam negeri akan menjadi kurang menarik.
Ini membuat investor global cenderung mengalihkan dananya ke negara-negara emerging market seperti Indonesia. Intinya negara berkembang akan siap kebanjiran dana asing.
Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (3/12/2020). Padahal dolar AS sedang mengalami tekanan hebat.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.090/US$. Tetapi tidak lama langsung melemah 0,32% ke Rp 14.135/US$. Posisi rupiah membaik, dan berada di level Rp 14.100/US$, melemah tipis 0,07% hingga penutupan perdagangan.
Sedangkan, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Rabu (2/12/2020) mayoritas ditutup menguat, di tengah kenaikan kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia yang kembali mencatatkan rekor tertingginya pada hari ini.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield, tetapi tidak untuk yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 3,1 basis poin ke level 6,209%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunanyieldmenunjukkan harga obligasi yang naik.
Dari bursa saham acuan global, Wall Street terpantau ditutup bervariatif. Data perdagangan mencatat indeks acuan Dow Jones terapresiasi 0,29%, Indeks S&P 500 turun tipis 0,06%, sedangkan indeks Nasdaq mampu merangkak naik 0,23% setelah seharian diperdagangkan di zona merah.
Sejatinya meskipun menghijau indeks Dow penguatanya terpangkas setelah sempat perdagangkan kembali di atas level 30.000. Dow harus rela ditutup di level 29.969,52.
Terpangkasnya penguatan indeks acuan bursa Paman Sam terjadi setelah perusahaan farmasi raksasa Pfizer mengumumkan hanya akan mampu mengirim setengah dari total target vaksin Covid-19 nya pada tahun ini.
Pfizer mengatakan vaksin yang dikembangkan bersama BioNTech ini kekurangan bahan baku mentahnya, di mana yang tersedia saat ini tidak sesuai standar dilansir dari Wall Street Journal.
Perusahaan farmasi raksasa tersebut berharap untuk dapat mengirimkan hanya 50 juta dosis tahun ini dan menghapus harapan pemulihan ekonomi yang cepat pasca kehadiran virus corona yang tentunya sangat diperlukan untuk memutar kembali roda perekonomian.
Meskipun demikian kabar baik datang dari Nancy Pelosi dan Pemimpin Partai Mayoritas di Senat AS, Mitch McConnell yang memperbincangkan paket stimulus corona serta harapan agar tidak terjadi government shutduwn.
Dikabarkan paket stimulus fiskal jumbo senilai US$ 908 miliar ini siap digolkan oleh kedua partai politik mayoritas di AS untuk menyokong bisnis kecil, dan pengangguran di AS.
Saham dari sektor energi berhasil melesat setelah kenaikan harga minyak mentah meskipun pemangkasan produksi minyak dikurangi hingga 500.000 barel per hari. Angka produksi minyak kini menjadi 7,2 juta barel per hari, jauh lebih baik dari ekspektasi para pelaku pasar yang hanya menganggap produksi akan ditambah sebesar 1,9 juta barel per hari.
Selanjutnya angka klaim pengangguran di AS akhirnya mengalami penurunan pertama dalam 2 pekan terakhir, meskipun penurunan kali ini masih rapuh. Per 28 November tercatat 712 ribu masyarakat AS mengajukan asuransi pengangguran, turun 75 ribu dari posisi sebelumnya di angka 787 ribu dan lebih rendah dari ekspektasi pasar di angka 775 ribu.
Sentimen penggerak utama pasar modal dalam negeri datang dari kasus Covid-19 yang kembali meledak di Indonesia dimana data covid-19 terbaru yang dirilis Satuan Tugas (Satgas) yang menunjukkan rekor baru penambahan jumlah kasus harian.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus baru Covid-19 tersebut membuat total konfirmasi positif di Indonesia menembus 557.877 orang dengan pertambahan harian sebanyak 8.369 pasien jauh di atas rekor sebelumnya yang 'hanya' 6.267 pasien
Dari total kasus tersebut, sebanyak 462.553 merupakan pasien sembuh, yang bertambah 3.673 orang dibandingkan dengan kemarin. Sementara itu, jumlah kasus kematian mencapai 17.355 orang, bertambah 156 orang dibandingkan dengan kemarin.
Hingga hari ini kasus aktif Covid-19 mencapai 77.979 orang. Jumlah ini merupakan rekor kasus aktif tertinggi sejak penyakit mematikan ini mewabah.
Dengan tren kenaikan kasus nCov-19 harian yang terus terjadi sebulan terakhir sejatinya bisa dikatakan penanganan virus corona di dalam negeri belum menemukan titik temu dan akan berlarut-larut terutama apabila vaksin Covid-19 telat kehadiranya.
Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis dataPenjualan Ritel Australia periode Oktoner 2020 (08:30 WIB)
- Rilis data Penjualan Ritel Singapura periode Oktoner 2020 (12:00 WIB)
- Rilis Keputusan Suku Bunga Acuan India (13:15 WIB)
- Rilis data Tingkat Pengangguran Amerika Serikat periode November 2020 (20:30 WIB)
- Rilis data Tingkat Pengangguran Kanada periode November 2020 (20:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (kuartal III-2020 YoY) | -3,49% |
Inflasi (Oktober 2020 YoY) | 1,44% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (November 2020) | 3,75% |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2020) | -6,34% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020) | 0,36% PDB |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020) | US$ 2,05 miliar |
Cadangan Devisa (Oktober 2020) | US$ 133,66 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA