
AS Perketat Korporasi China, Dow Futures Naik Hanya 10 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (3/12/2020) menguat tipis, mengikuti kaburnya rencana stimulus baru di Senat hingga kabar positif perkembangan vaksin Pfizer-BioNtech pun diacuhkan.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average menguat sangat tipis, hanya 10 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 flat, sedangkan Nasdaq menguat 0,3%.
Pada Rabu, Dow Jones dan S&P 500 kompak menguat 0,2%, cukup untuk membuat S&P 500 menyentuh rekor tertinggi baru sedangkan Nasdaq melemah 0,1%. AS saat ini memiliki 100.000 pasien Corona, menurut data Covid Tracking Project, jauh lebih tinggi dari gelombang pertama pada musim panas.
Pada Rabu, Inggris menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan darurat untuk vaksin produksi Pfizer dan BioNTech. Regulator di AS dan Eropa juga segera membuat keputusan mengenai vaksin yang sama dan juga vaksin produksi Moderna.
Namun, peredaran vaksin secara global bakal membutuhkan waktu berbulan-bulan karena perusahaan farmasi harus mendongkrak produksinya, sementara AS bakal memasuki musim dingin yang bisa memperburuk penyebaran Covid-19.
Menghadapi efek pandemi ke ekonomi, Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan pimpinan minoritas Senat Chuck Schumer merilis pernyataan bersama mendesak Partai Republik untuk bekerja-sama menyiapkan dana bantuan pandemi, menggunakan proposal Senat sebagai pijakan awal.
Namun, pimpinan mayoritas Senat Mitch McConnell menolak proposal senilai US$ 908 miliar tersebut, dan ngotot bahwa nilai stimulus putaran selanjutnya semestinya di bawah US$ 500 miliar.
"Saya tak berpikir stimulus tersebut seharusnya diperhitungkan, dan investor bijak akan berkata bahwa bagus jika ada stimulus, tetapi lebih baik tak bergantung padanya," tutur Manajer Portofolio Joanne Feeney dari Advisors Capital Management kepada CNBC International.
Ketegangan dengan China juga mengemuka setelah DPR secara mufakat meloloskan Undang-Undang yang memaksa perusahaan China tunduk pada standard audit AS jika ingin mencatatkan sahamnya di Negeri Sam. Aturan itu kini tinggal diteken Presiden AS Donald Trump.
Rilis data awal klaim pengangguran bakal diperhatikan investor sebelum data ketenagakerjaan yang lebih besar dikeluarkan pada Jumat. Ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan ada 780.000 klaim tunjangan pengangguran baru, atau sama seperti pekan sebelumnya.
Investor juga bakal memperhatikan pasar obligasi, di mana imbal hasil surat utang pemerintah bertenor 10-tahun melonjak hingga ke level 1% dalam beberapa hari terakhir, mengindikasikan bahwa harganya sedang tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping