
Dow Futures Turun 36 Poin Setelah Lolos dari Koreksi Senin

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) turun pada perdagangan Selasa (25/1/2022), setelah indeks Dow Jones kemarin sempat ambles 1.100 poin sebelum berakhir di zona positif.
Kontrak futures indeks saham Dow Jones melemah 36 poin (-0,1%) pada sore hari ini. Kontrak serupa indeks S&P 500 turun 26 poin (-0,6%) dan Nasdaq jatuh 150 poin (-1%).
Kemarin, di pasar regular, indeks Dow Jones berakhir naik 99 poin (+0,3%) yang membalikkan penurunan selama 6 hari beruntun, setelah indeks berisi 30 saham unggulan tersebut sempat anjlok hingga 3,25%.
Indeks S&P 500 naik 0,28% untuk pertama kali setelah 5 hari terkoreksi, setelah sempat anjlok hampir 4% di perdagangan.Indeks Nasdaq naik 0,6%, setelah sempat anjlok 4,9% di perdagangan. Indeks saham teknologi tersebut mampu bangkit dari koreksi 4% yang merupakan fenomena pertama sejak 2008.
"Saham-saham menjadi agak berlebihan di sisi jenuh jual, jadi tidak mengejutkan. Bukan berarti keadaan sudah terang, karena masih banyak yang akan terjadi pada pekan ini," tutur Kepala Strategi Pasar dan Keuangan Ally Lindsey Bell dikutip dari CNBC International.
Dia memprediksikan keadaan pasar yang volatil akan berlangsung hingga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mulai menaikkan suku bunga acuannya.
Walaupun performa bursa Wall Street membaik kemarin, indeks S&P 500 terhitung masih anjlok 7,5% pada Januari dan menjadi yang terburuk sejak Maret 2020.
Pasar cemas akan kombinasi beberapa faktor, terutama The Fed yang akan mulai menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi dan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Selain itu, masih ada kecemasan akan Omicron, walaupun trennya melandai.
Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) akan memulai rapat pada Selasa (25/1/2022) dan rilis kebijakan suku bunga acuan dijadwalkan pada Rabu (26/1/2022) jam 2 siang waktu setempat.
The Fed diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga acuannya bulan ini, tapi akan meneruskan pengetatan kebijakan moneter tahun ini untuk mengendalikan inflasi yang tinggi.
"Kemarin, pasar tertimpa kapitulasi [penjualan saham besar-besaran di tengah koreksi yang terlalu dalam], volatilitas di pasar akan tetap terjadi tapi akan berubah ketika rilis laporan keuangan bagus yang dapat mendorong harga saham," tutur Alli McCartney, Direktur Pelaksana UBS dikutip dari CNBC International.
Pekan lalu adalah pekan terburuk bagi indeks S&P 500, sejak pandemi yang berlangsung di Maret 2020. Investor berotasi ke saham berbasis nilai yang dianggap menjadi aset aman di tengah kecemasan akan kenaikan suku bunga acuan. Imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun berada di level 1,769% kemarin.
Beberapa laporan keuangan dijadwalkan akan dirilis pada hari ini sebelum perdagangan dibuka, di antaranya Johnson&Johnson, 3M, American Express dan Verizon. Sedangkan, Microsoft akan merilis kinerja keuangannya setelah perdagangan ditutup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping