Newsletter

Vaksin Corona Dikirim Minggu Depan! Beneran, Mr Trump?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 November 2020 05:48
Industri Galeri Batik Khas Bogor
Foto: Industri Galeri Batik Khas Bogor (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat dengan penguatan lebih dari 1%, sementara rupiah berhasil melengserkan dolar Amerika Serikat (AS) ke bawah Rp 14.100.

Kemarin, IHSG ditutup menguat 1,42% ke 5.759,92. Investor asing masih belum bosan memborong aset di pasar saham Tanah Air dengan membukukan beli bersih Rp 593,05 miliar.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,28% ke Rp 14.090/US$. Rupiah menyentuh titik terkuat sejak 17 November.

Kemudian harga obligasi pemerintah juga menguat. Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun turun 1 basis poin (bps) ke 6,216%. Penurunan yield menandakan harga obligasi naik karena tingginya permintaan.

"Aset-aset keuangan di Asia masih punya ruang untuk menguat karena dukungan sejumlah faktor. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dibandingkan kawasan lain, keseimbangan eksternal yang membaik, hambatan perdagangan yang lebih sedikit dengan terpilhnya (Joe) Biden sebagai presiden AS, serta tren pelemahan dolar AS," papar Mitul Kotecha, Senior Emerging Markets Strategist di TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, investor juga mengalihkan fokus ke Asia karena pasar keuangan AS libur merayakan Thanksgiving. Arus modal mengalir lancar sehingga IHSG, rupiah, sampai harga obligasi pemerintah berhasil menguat.

Ya, hari ini Wall Stret tutup karena rakyat AS merayakan Thanksgiving sehingga bursa saham New York tidak memberikan sentimen untuk perdagangan hari ini. Namun bukan berarti investor bisa berleha-leha karena masih ada sejumlah faktor yang bisa mempengaruhi jalannya perdagangan.

Pertama tentu perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Serangan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin ganas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 26 November 2020 sudah di atas 60 juta orang, tepatnya 60,074.174 orang. Bertambah 577.198 orang (0,97%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (13-26 November 2020), rata-rata pasien baru bertambah 584.175 orang setap harinya. Melonjak dibandingkan rata-rata 14 hari sebelumnya yaitu 532.118 orang.

Sementara jumlah pasien yang. meninggal dunia per 26 November 2020 adalah 1.416.292 orang. Bertambah 11.263 orang (0,8%) dibandingkan sehari sebelumnya. Tambahan pasien meninggal 11.263 orang adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah.

Oleh karena itu, pembatasan social (scocial distancing) di sejumlah negara sepertinya masih akan ketat. Misalnya Jerman, yang membuka opsi penerapan social distancing sampai 2021.

"Dengan angka infeksi yang tinggi, kami berasumsi bahwa pematasan yang diterapkan saat ini masih valid untuk diteruskan. Tentu di sebagian besar wilayah Jerman," tegas Angela Merkel, Kanselir Jerman, sebagaimana diwartakan Reuters.

Di AS, perayaan Thanks giving tahun ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Sekarang begitu suram, begitu sendu, begitu sepi.

Parade d Kota New York hanya boleh dilakukan sepanjang satu blok, biasanya bisa sepanjang 2,5 mil (4,02 km). Tidak ada bagi-bagi balon, warga juga tidak boleh menyaksikan parade di jalan. Acara Thanksgiving dipusatkan di rumah masing-masing.

"Saya tahu pandemi ini membuat rakyat menjadi takut. Namun saya juga tahu, kita bisa mengalahkan virus ini. Hidup akan kembali normal, saya berjanji. Ini tidak akan selamanya," kata Biden dalam pidato di Delaware.

Akhir tahun dan musim liburan biasanya adalah puncak mobilitas dan konsumsi masyarakat dunia. Namun pandemi virus corona membuat masyarakat terpaksa #dirumahaja tanpa perayaan berlebihan.

Artinya, gerak roda perekonomian global masih akan seret. Resesi akan sulit dienyahkan jika situasinya terus seperti ini.

Sentimen kedua, masih seputar pandemi, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa vaksin virus corona bisa mulai didistibusikan pada pekan depan. Untuk tahap awal, vaksinasi akan diprioritaskan kepada tenaga medis dan penduduk berusia lanjut.

Kehadiran vaksin anti-virus corona memang sangat dinanti sebagai kunci agar hidup bisa normal kembali. Sejumlah perusahaan sudah memulai tahap produksi massal. Sebagai permulaan, Pfizer menyatakan mampu memproduksi vaksin untuk 25 juta orang, Moderna 10 juta orang, dan AstraZaneca lebih dari 100 juta orang.

Jadi walaupun vaksin sudah tersedia, tetapi prosesnya bertahap. Tidak bisa seluruh penduduk dunia langsung mendapatkannya. Sepertinya pandemi virus corona masih akan menjadi momok bagi kehidupan umat manusia dalam waktu yang tidak sebentar.

Sentimen ketiga adalah perkembangan nilai tukar dolar AS. Mata uang Negeri Paman Sam sepertinya masih akan tertekan seiring prefensi investor untuk mengoleksi mata uang negara-negara berkembang Asia.

Survei dwi-mingguan Reuters menyebutkan investor berada di posisi beli (long) untuk mata uang utama Asia. Hasil survei 26 November 2020 menunjukkan seluruh mata uang Benua Kuning berada di posisi negatif.

Hasil survei ini digambarkan dalam angka -3 sampai 3. Semakin kecil angkanya maka investor semakin memilih posisi jual (short) terhadap dolar AS dan berpihak kepada mata uang Asia.

dolarSumber: Reuters

Derasnya arus modal ke pasar keuangan Asia masih akan menjadi 'doping' bagi penguatan nlai tukar mata uang. Salah satunya karena kemungkinan friksi AS-China tidak akan separah saat pemerintahan Presiden Donald Trump.

"Biden mungkin masih akan bersikap tegas kepada China. Namun sepertinya friksi tidak akan setajam sebelumnya,: kata Daniel Dubrovsky, Analis di Daily FX, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, tren suku bunga rendah di Negeri Adikuasa sepertinya bakal bertahan cukup lama. Charles Evans, Presiden Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Chicago, memperkirakan suku bunga acuan mash akan bertahan di 0-0,025% mungkin hingga 2024.

"Jika perekonomian pulih tahun depan dan sudah ada vaksin, maka situasinya pasti akan lebih baik. Namun saya tidak yakin suku bunga acuan akan naik sebelum 2023, bahkan mungkin bisa sampai 2024," kata Evans, sebagaimana diwartakan Reuters.

Ditambah lagi berbagai stimulus masih akan deras mengalir, terutama di negara-negara maju. Bank Sentral Uni Eropa (ECB) dalam notula rapat (minutes of meeting) edisi Oktober 2020 menyatakan bahwa risiko kontraksi ekonomi masih sangat tinggi. Ini membuat pasar berekspektasi Christine Lagarde dan sejawat akan kembali menggelontorkan stimulus.

"Kita belum bisa berpuas diri. Risiko terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020 masih sangat nyata. Sangat penting untuk mempertimbangkan bahwa dampak pandem akan bertahan cukup lama baik di sisi produksi maupun permintaan sehingga menekan potensi pertumbuhan ekonomi," tulis notula rapat itu.

Jika ECB benar-benar akan menggelontorkan stimulus baru, maka likuiditas bakal semakin melimpah. Uang-uang itu tentu butuh wadah, dan sebisa mungkin wadah itu harus memberi keuntungan. Kalau mau mencari cuan, maka Asia adalah tempat yang paling tepat, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, sepertinya masa depan rupiah akan cerah. Ditambah dengan fundamental yang semakin kuat, yang ditunjukkan dengan surplus transaksi berjalan (current account) pada kuartal III-2020, jalan penguatan rupiah terbuka lebar.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari inii:

  1. Rilis data inflasi wilayah Tokyo periode November 2020 (06:30 WIB).
  2. Rilis data laba industrial China periode Oktober 2020 (08:30 WIB).
  3. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Jaya Agra Wattie Tbk (09:00 WIB).
  4. RUPSLB PT Suryamas Dutamakmur Tbk (09:30 WIB).
  5. RUPSLB PT Fortune Indonesia Tbk (10:00 WIB).
  6. RUPSLB PT Mulia Boga Raya Tbk (10:00 WIB).
  7. RUPSLB PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (14:00 WIB).
  8. Rilis data penjualan sepeda motor Indonesia periode Oktober 2020 (tentatif).
  9. Rilis data pembacaan final pertumbuhan ekonomi Prancis periode kuartal II-2020 (14:45 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (kuartal III-2020 YoY)

-3,49%

Inflasi (Oktober 2020 YoY)

1,44%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (November 2020)

3,75%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020)

0,36% PDB

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020)

US$ 2,05 miliar

Cadangan Devisa (Oktober 2020)

US$ 133,66 miliar

 

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular