Newsletter

Wall Street Kurang Gairah, IHSG Bisa Ikut Merah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 November 2020 06:10
Ekspresi Trader di lantai bursa amerika di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Ilustrasi Bursa Saham New York (REUTERS / Brendan McDermid)

Beralih ke Wall Street, bursa saham New York juga cenderung merah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,64% ke 29.853,55, S&P 500 terkoreksi 0,08% menjadi 3.632,37, tetapi Nasdaq Composite mampu menguat 0,57% ke 12.105,72.

Investor kecewa setelah melihat data ketenagakerjaan terkini. Pada pekan yang berakhir 21 November, jumlah klaim tunjangan pengangguran AS naik 30.000 menjadi 778.000, di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 730.000. Klaim tunjangan pengangguran naik dalam dua pekan beruntun.

"Dalam beberapa pekan terakhir, pelaku pasar kesulitan menjadi berita negatif. Sekarang ada data ketenagakerjaan, yang menyadarkan kita bahwa tantangan jangka pendek masih sangat besar," kata Christopher Grisanti, Chief Equity Strategist di MAI Capital Management yang berbasis di Ohio, seperti diberitakan Reuters.

Pelaku pasar cemas bahwa kemungkinan pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam tidak secepat yang diperkirakan. Ternyata dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tidak bisa hlang begitu saja, 'luka' yang begitu dalam masih sangat terasa.

"Data ini menyadarkan kita bahwa pemulihan ekonomi tidak merata. Masyarakat kelas menengah-atas bisa berbelanja seperti tidak terjadi apa-apa. Namun mereka yang di bawah harus mengantre untuk mendapatkan makanan gratis dan kesempatan kerja yang sepertinya jauh dari pandangan," tegas Chris Rupkey, Chief Economist MUFG yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, ada rilis data yang juga menggambarkan kelesuan ekonomi Negeri Adidaya. Pada Oktober, konsumsi rumah tangga (yang menyumbang lebih dari dua pertiga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto/PDB di AS) tumbuh 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/MtM). Melambat dibandingkan pertumbuhan September yang sebesar 1,2% MtM.

"Ekonomi kuartal IV-2020 mungkin masih akan tumbuh, bahkan cukup tinggi. Namun dengan lonjakan angka kasus positif corona, maka lajunya akan melandai. Mungkin kita akan melihatnya pada November dan Desember," kata Daniel Silver, Economist JPMorgan yang berkedudukan di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular