Newsletter

Pilpres AS di Depan Mata, Ada Sinyal IHSG Bakal Perkasa!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 November 2020 06:15
Kapal Ekspor Manufaktur Indonesia Siap Berangkat ke AS
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia yang menguat jelang pilpres di AS tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia hari ini, sehingga IHSG memiliki peluang untuk kembali ke zona hijau.

Sentimen pelaku pasar yang bagus juga bisa mendongkrak kinerja rupiah, begitu juga pasar obligasi.

Seperti disebutkan sebelumnya, melesatnya PMI manufaktur di AS menjadi salah satu pendongkrak kinerja Wall Street. Ternyata tidak hanya di Negeri Paman Sam, di Eropa sektor manufakturnya juga menunjukkan kenaikan.

Markit melaporkan PMI manufaktur zona euro naik menjadi 54,8, di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 53,7. PMI di bulan Oktober tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juli 2018 lalu.

Jerman, motor penggerak ekonomi Eropa mencatat kenaikan PMI manufaktur menjadi 58,2 dari sebelumnya 56,4.

Sementara Inggris, PMI manufakturnya mengalami penurunan menjadi 53,7 dari sebelumnya 54,1, tetapi masih menunjukkan ekspansi.

China juga melaporkan ekspansi sektor manufaktur, yang sudah disebutkan di halaman 1.

Data PMI global tersebut menunjukkan pemulihan momentum pemulihan ekonomi masih berlanjut di kuartal IV-2020. Tetapi ada sedikit yang mengganjal, yakni kebijakan lockdown yang baru diterapkan di negara-negara Eropa, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah sektor manufaktur masih akan mempertahankan ekspansi di bulan ini.

Sementara itu, pasar hari ini juga akan menanti pengumuman kebijakan moneter dari bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang diprediksi akan memangkas suku bunga acuannya.

Hasil survei Reuters menunjukkan RBA diprediksi akan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1% dari saat ini 0,25% di bulan November.

Pada Selasa (20/10/2020), rilis notula rapat kebijakan moneter RBA yang dihelat 6 Oktober lalu menunjukkan jika suku bunga akan kembali di pangkas pada bulan November. Tidak hanya memangkas suku bunga, RBA juga akan menggelontorkan miliaran dolar untuk memacu perekonomian.

Dalam notula tersebut, RBA melihat jika memangkas suku bunga saat ini akan memberikan dampak lebih besar ke perekonomian ketimbang saat pada bulan April dan Mei lalu.
Gubernur RBA, Philip Lowe, yang berbicara di acara konferensi investasi tahunan Citi Group Kamis (15/10/2020) pekan lalu mengatakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendukung pasar tenaga kerja serta mengurangi tekanan dari penguatan dolar Australia.

Data terbaru yang dirilis oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan tingkat pengangguran Australia naik menjadi 6,9% pada bulan September, dari bulan sebelumnya 6,8%.

"Ketika pandemi berada di titik terburuk dan diperparah dengan pembatasan aktivitas, kami melihat dampak dari pelonggaran moneter tidak terlalu besar," kata Lowe sebagaimana dilansir news.com.au, Kamis (15/10/2020).

"Saat ekonomi mulai dibuka, akan masuk akan untuk memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut akan mendorong perekonomian berputar lebih cepat ketimbang sebelumnya," tambahnya.

Lowe juga mengatakan, suku bunga tidak akan dinaikkan setidaknya dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.

Pelonggaran moneter, baik itu penurunan suku bunga serta program pembelian aset selalu direspon positif oleh pasar saham.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular