Newsletter

Corona Durjana! Prancis Sampai Tetapkan Darurat Nasional

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 October 2020 06:15
Ilustrasii Dollar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Ilustrasi Dollar AS (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu koreksi di Wall Street. Ada kemungkinan merahnya Wall Street akan membuat mood di pasar keuangan Asia jadi jelek, termasuk di Indonesia.

Sentimen kedua, pelaku pasar perlu memonitor perkembangan nilai tukar dolar AS. Pada pukul 03:55 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,11%.

Pelemahan dolar AS disebabkan oleh data ekonomi terbaru di Negeri Adikuasa. Pada September, inflasi tingkat produsen tercatat 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Naik ketimbang Agustus yang sebesar 0,3%.

Sementara dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, inflasi produsen juga naik 0,4%. Jauh meningkat ketimbang Agustus yang -0,2%.

Ini menandakan inflasi di AS mulai merangkak naik. Dolar AS menjadi kurang menarik karena nilainya tergerus oleh inflasi, sehingga wajar investor melakukan aksi jual.

Pelemahan dolar AS bisa menjadi peluang bagi rupiah untuk bangkit. Apalagi dalam tiga hari terakhir mata uang Tanah Air tidak pernah terapresiasi. Ruang technical rebound cukup terbuka.

Sentimen ketiga adalah dari pasar komoditas, utamanya harga minyak. Pada pukul 04:02 WIB, harga minyak jenis brent melonjak 2,17% ke US$ 43,37/barel dan yang jenis light sweet melesat 2,21% menjadi US$ 41,09/barel.

American Petroleum Institute memperkirakan stok minyak mentah AS pada pekan yang berakhir 9 Oktober akan anjlok 5,42 juta barel. Penurunan pasokan otomatis membuat harga bergerak ke atas.

Lonjakan harga minyak bisa membawa optimisme ke pasar keuangan. Setidaknya bisa mengurangi volatilitas sehingga kalau pun ada koreksi tidak akan terlampau dalam.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular