Polling CNBC Indonesia

Neraca Dagang Diramal Surplus Tinggi, Tanda RI Sedang Resesi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 October 2020 11:28
peti kemas
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Masalah ini bukan cuma terjadi di Indonesia. Dunia sedang dilanda krisis, resesi ekonomi terjadi di mana-mana.

Krisis ini bermula dari masalah kesehatan yaitu penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini telah ditetapkan menjadi pandemi global.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 13 Oktober 2020 pukul 17:06 CEST (22:06 WIB) mencapai 37.704.153 orang. Bertambah 269.975 orang dibandingkan hari sebelumnya.

Pagebluk virus corona juga melanda Indonesia. Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona per 13 Oktober 2020 adalah 340.622 orang. Bertambah 3.906 orang dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (30 September-13 Oktober), rata-rata pasien baru di Indonesia bertambah 4.136 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 4.121 orang.

Untuk meredam penyebaran virus corona, pemerintah di hampir seluruh negara mengedepankan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Intinya, manusia harus berjarak satu dengan yang lain. Berbagai aktivitas yang membuat interaksi dan kontak antar manusia (terutama dalam jarak dekat di ruangan tertutup) sebaiknya dihindari dulu.

Di Indonesia, kebijakan social distancing dikenal dengan nama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 21/2020. Pasal 3 PP tersebut menyatakan bahwa PSBB minimal meliputi:

  1. Peliburan sekolah dan tempat kerja.
  2. Pembatasan kegiatan keagamaan.
  3. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

Selain instruksi pemerintah, sebagian masyarakat yang punya kesadaran dan kekhawatiran akan risiko penularan menjalankan social distancing secara sukarela. Ini membuat aktivitas di luar rumah semakin terbatas.

Jadi, tidak heran proses produksi terganggu. Jumlah karyawan yang masuk kerja masih di bahwa kapasitas penuh.

Tidak hanya itu, permintaan juga anjlok karena kegiatan warga belum pulih seperti dulu. Ini membuat dunia usaha mengurangi produksi untuk menekan biaya.

"Penurunan penjualan membuat kapasitas produksi belum sepenuhnya terpakai. Perusahaan pun menurunkan pembelian bahan baku dalam rangka efisiensi. Hasilnya, produksi manufaktur turun selama tiga bulan beruntun," sebut keterangan tertulis IHS Markit dalam laporan PMI manufaktur Indonesia periode September 2020.

Jadi, memang betul Indonesia akhirnya bisa mencatatkan surplus transaksi berjalan. Namun surplus ini bukan tercipta dalam kondisi ideal, tetapi karena keprihatinan. Surplus transaksi berjalan terasa semakin hambar karena justru semakin menegaskan bahwa ekonomi Indonesia sedang mati suri, masuk jurang resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular