Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mencatat surplus pada Agustus 2020. Namun itu bukan sebuah kabar gembira.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional pada esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif 6,5% dibandingkan periode yang sama pada 2019 (year-on-year/YoY).
Sementara impor 'diramal' terkontraksi lebih dalam yaitu 18,78% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mencatatkan surplus yang cukup besar yaitu US$ 2,11 miliar.
Institusi | Pertumbuhan Ekspor (%YoY) | Pertumbuhan Impor (%Yoy) | Neraca Perdagangan (US$ Juta) |
ING | -10.2 | -25.3 | 2180 |
Citi | -6.5 | -16.5 | 1800 |
BNI Sekuritas | -1.26 | -14.6 | 1839.1 |
BCA | -14.3 | -24.7 | 1590 |
Maybank Indonesia | -5.08 | -18.78 | 2045 |
Standard Chartered | -9.2 | -27.9 | 2732 |
Bank Permata | -7.69 | -22.88 | 2238 |
Trading Economics | - | - | 2500 |
Mirae Asset | 4 | -17 | 3090 |
Danareksa Research Institute | -1.95 | -12.78 | 1624 |
MEDIAN | -6.5 | -18.78 | 2112.5 |
Meski ekspor dan impor masih tumbuh negatif, tetapi melandai dibandingkan Juli 2020. Kala itu, ekspor terkontraksi 9,9% sementara impor anjlok 32,55%.
Dalam dua bulan pertama kuartal III-2020, ekspor dan impor sama-sama mengalami kontraksi. Ini menjadi sinyal buruk bagi prospek pertumbuhan ekonomi.
Sepertinya ekspor masih sulit untuk diandalkan sebagai salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Sedangkan impor yang lesu menjadi gambaran bahwa industri manufaktur masih belum ekspansif. Maklum, lebih dari 90% impor Indonesia adalah bahan baku/penolong dan barang modal yang digunakan untuk proses produksi industri dalam negeri.
Dari sisi pengeluaran, ekspor adalah kontributor kedua terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), hanya kalah dari konsumsi rumah tangga. Sementara industri manufaktur adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB dari sisi lapangan usaha.
Oleh karena itu, besar kemungkinan Indonesia akan kembali mengalami kontraksi PDB pada kuartal III-2020. Dengan kontraksi yang sudah terjadi pada kuartal sebelumnya, maka Indonesia sepertinya akan mengalami resesi.
"Aktivitas manufaktur memang mencatat ekspansi pada Agustus, terlihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) yang di atas 50. Namun IHS Markit mengungkapkan bahwa inventori perusahaan berkurang, menunjukkan bahwa mereka memilih untuk belum mendatangkan bahan baku baru yang berarti pengusaha masih pesimistis memandang prospek permintaan ke depan. Sepertinya impor bahan baku, yang terkontraksi 13,3% YoY pada Juli, masih akan negatif," papar Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA