
DKI Jakarta Tak 'PSBB Total', IHSG & Rupiah Siap Tancap Gas?

Ada beberapa kabar melegakan memang. Namun ada hal yang juga perlu dikhawatirkan. Apalagi kalau bukan hubungan antara dua raksasa ekonomi dunia yang sedang sengit-sengitnya dalam dua tahun terakhir.
Ribut antara AS dan China makin tak berujung. Kini giliran Beijing yang melempar serangan ke AS. Jumat malam waktu setempat, China mengumumkan pembatasan baru pada aktivitas diplomat AS yang bekerja di China daratan dan Hong Kong.
Kebijakan tersebut merupakan salah satu aksi balasan China terhadap perlakuan AS Oktober tahun lalu. Seorang juru bicara kementerian luar negeri mengatakan aturan akan berlaku untuk diplomat senior dan semua personel lainnya di Kedutaan Besar Amerika di Beijing dan konsulat di seluruh China, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Untuk masalah ini, China masih membuka diri untuk bernegosiasi. Pembatasan ini akan dicabut jika AS juga mencabut kebijakan serupa untuk China yang dilakukannya tahun lalu.
"Sekali lagi kami mendesak pihak AS untuk segera memperbaiki kesalahannya dan mencabut pembatasan tidak wajar yang diberlakukan pada Kedutaan Besar China dan konsulat serta staf mereka. China akan membuat tanggapan timbal balik atas tindakan AS, " kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya, dikutip Minggu (13/09/2020).
AS dan China memang 'bertempur' hampir di segala lini. Setelah Trump mengancam akan menutup TikTok di AS kecuali jika menjualnya ke perusahaan AS, China dikabarkan menolak ancaman tersebut.
CNBC International melaporkan Beijing lebih memilih TikTok ditutup daripada harus menjualnya ke perusahaan AS. Hal tersebut akan membuat China menjadi terlihat lemah akan tuntutan Washington, menurut salah seorang sumber yang familiar dengan permasalahan tersebut.
ByteDance sebagai induk perusahan TikTok mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa pemerintah China tidak pernah menyarankan kepada mereka untuk menutup TikTok di Amerika Serikat atau di pasar lain mana pun.
Namun kantor informasi dewan negara China serta kementerian luar negeri dan perdagangannya tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dikirim setelah jam kerja.
Perkembangan hubungan yang rumit antara kedua raksasa ekonomi dunia tersebut patut untuk terus dipantau dan dicermati. Pasalnya jika eskalasi terus terjadi dan tak menuai titik temu, bahkan decoupling terjadi, tentu ini akan membuat pemulihan ekonomi global akan semakin berat.
Bagaimanapun juga risiko ketidakpastian masih ada. Tak menutup kemungkinan volatilitas yang tinggi di pasar juga masih berlanjut pekan ini. So stay awake ya!
(twg)