
DKI Jakarta Tak 'PSBB Total', IHSG & Rupiah Siap Tancap Gas?

Untuk perdagangan awal pekan ini, investor perlu mencermati berbagai sentimen baik yang datangnya dari dalam negeri maupun luar negeri. Pergerakan saham dengan volatilitas tinggi pekan lalu kemungkinan masih akan berlanjut untuk pekan ini.
Ada beberapa kabar baik. Namun disela-sela kabar baik tersebut juga terselip kabar yang patut diwaspadai oleh investor maupun trader. Kabar pertama datang dari dalam negeri.
Meski besok PSBB akan mulai diberlakukan lagi, tetapi pelaku pasar boleh sedikit lega, pasalnya tak akan ada perubahan signifikan antara PSBB besok dengan yang sudah-sudah jika mengacu pada keterangan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dalam paparannya kemarin, Anies mengatakan beberapa fasilitas umum yang masih tutup yaitu sekolah, tempat rekreasi dan hiburan termasuk bioskop, taman kota serta fasilitas publik lain yang kaitannya dengan kerumunan khalayak ramai.
Restoran baik yang berdiri sendiri maupun di pusat perbelanjaan pun juga diperbolehkan buka. Namun dengan catatan hanya diizinkan untuk melayani pesan antar (delivery order) serta bawa pulang saja (take away). Untuk aktivitas makan di tempat tidak diizinkan.
Konsekuensi dari hal tersebut berimbas kepada layanan transportasi online (ojol) yang diperbolehkan untuk mengangkut barang serta penumpang, tentunya dengan protokol kesehatan.
Masyarakat pun masih diperbolehkan pergi ke kantor. Hanya saja dengan kapasitas 25% dari maksimum. Pasar tradisional juga masih dibuka dan dibatasi hanya 50% dari kapasitas maksimal layaknya yang sudah diterapkan saat PSBB transisi.
Paparan Anies tersebut menunjukkan bahwa ibu kota tidak benar-benar dikunci. Kejelasan ini seharusnya membuat aset berisiko seperti saham punya sedikit tenaga. IHSG berpeluang menguat menyambut kabar gembira ini.
Pekan ini bank sentral dunia seperti the Fed hingga BI juga akan mengumumkan kebijakan moneternya. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan digelar pada 16-17 September.
Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan MH Thamrin akan menahan suku bunga acuan demi menjaga pasar keuangan RI tetap menarik sehingga dapat meminimalkan aliran modal keluar (outflow).
Bank sentral AS juga akan mengumumkan kebijakan moneternya pekan ini. Stance dovish the Fed masih terasa. Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan sebelumnya bahwa the Fed akan membiarkan inflasi yang lebih tinggi terjadi dengan target sasaran inflasi di 2%.
Inflasi yang tinggi berarti mengindikasikan bahwa nilai mata uang akan tergerus. Jelang rapat komite pengambil kebijakan the Fed ini, indeks dolar berpotensi bergerak volatil dan cenderung melemah. Pelemahan dolar diharapkan mampu menjadi angin segar bagi rupiah yang sudah dilibas greenback 0,9% sepekan lalu.
Kabar gembira lainnya kini datang dari AstraZeneca. Setelah menghentikan uji klinis tahap akhirnya pekan lalu, perusahaan yang bermarkas Cambridge, Inggris itu dikabarkan akan melanjutkan uji klinis tahap III-nya. AstraZeneca melanjutkan kembali uji klinisnya setelah mendapat lampu hijau dari otoritas kesehatan Inggris.
"Perusahaan akan terus bekerja dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia dan dipandu kapan uji klinis lain dapat dilanjutkan untuk menyediakan vaksin secara luas, adil dan tanpa keuntungan selama pandemi ini," kata AstraZeneca dalam sebuah pernyataan, mengutip CNBC Internasional.
Kabar ini akan membangkitkan harapan semua orang akan vaksin penangkal Covid-19. Tanpa adanya vaksin, prospek perekonomian akan suram. Kehidupan normal tanpa masker, work from home hingga jaga jarak aman akan susah ditempuh.
Kabar kelanjutan vaksin AstraZeneca ini juga mendukung risk appetite investor akan membaik dan harapannya mampu mengangkat aset-aset keuangan yang berisiko seperti saham.
(twg)