Newsletter

Berat! Wall Street Ambles, Minyak Ambrol, Dolar Perkasa...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 September 2020 06:10
wall street
Ilustrasi Bursa Saham New York (REUTERS/Lucas Jackson)

Bursa saham New York baru memulai perdagangan perdana pekan ini, karena kemarin libur memperingati Hari Buruh. Namun baru memulai pekan yang baru, Wall Street langsung ambles.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup anjlok 2,25%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite ambrol masing-masing 2,78% dan 4,11%.

Saham-saham teknologi yang dalam beberapa waktu terakhir jadi pendorong reli di Wall Street kini mulai kehilangan pamor. Harga saham Apple ditutup turun 6,72%, kemudian Facebook terpangkas 4,09%, Alphabet (induk usaha Google) minus 3,64%, Amazon berkurang 4,39%, dan Netflix terkoreksi 1,75%.

Investor di Wall Street juga cemas terhadap hubungan AS-China yang semakin memburuk. Presiden AS Donald Trump lagi-lagi mengutarakan wacana untuk putus hubungan dengan Negeri Tirai Bambu.

"Kita kehilangan miliaran dolar (saat berbisnis dengan China). Jika kita tidak berbisnis dengan mereka, maka tidak akan kehilangan miliaran dolar. Ini namanya decoupling, mungkin Anda mulai berpikir soal itu.

"Kita akan membuat AS menjadi negara industri superpower kelas dunia dan mengakhiri ketergantungan kepada China selamanya. Apakah itu dengan decoupling atau pengenaan bea masuk, yang sudah saya lakukan, kita akan menyudahi ketergantungan terhadap China. Kita tidak bisa mengandalkan China," papar Trump dalam jumpa pers di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.

Namun, sejumlah pihak meyakini bahwa koreksi di Wall Street hanya fenomena sesaat. Ke depan, bursa saham Negeri Paman Sam diperkirakan tetap semarak.

"Saya tidak berpikir akan terjadi koreksi besar-besaran. Dengan kebijakan ultra-longgar dari The Fed (The Federal Reserve, bank sentral AS), praktis tidak ada tempat untuk menaruh uang kecuali di pasar saham," ujar Peter Cardillo, Chief Market Economist Spartan Capital yang berbasis di New York, sebagaimana diwartakan Reuters.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular