Newsletter

Kebanyakan Libur, IHSG (Mungkin) Masih Jet Lag

Tri Putra, CNBC Indonesia
24 August 2020 06:20
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah bergerak berlawan arah dalam 2 pekan terakhir, seolah saling "bermusuhan".

Pekan lalu, IHSG membukukan penguatan 5 hari beruntun sementara pada periode yang sama rupiah justru mengalami pelemahan.

Di pekan ini, perdagangan hanya berlangsung 2 hari, pada hari Selasa IHSG berhasil menguat, rupiah lagi-lagi melemah. Sehingga total IHSG menguat 6 hari beruntun, rupiah melemah 6 hari beruntun.

Di hari Rabu, IHSG akhirnya melemah, sebaliknya rupiah malah menguat, masih saja keduanya "bermusuhan". IHSG mengakhiri pekan di level 5.272,81 sementara rupiah di Rp 14.770/US$.

Sementara itu dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) menguat di pekan ini. Yield SBN tenor 10 tahun turun sebesar 4 basis poin menjadi 6,726%.

Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, saat yield turun artinya harga sedang naik, begitu juga sebaliknya.

Pada Selasa (18/8/2020) Bank Indonesia (BI) merilis Neraca Pembayaran atau Balance of Payment (BOP) Indonesia pada kuartal II-2020 yang mencatat surplus setelah defisit di kuartal sebelumnya. Penurunan defisit transaksi berjalan (CAD) dan surplus transaksi modal dan finansial (TMF) menjadi pemicunya.

Dalam rilis tersebut, neraca pembayaran Indonesia pada periode April-Juni 2020 tercatat surplus US$ 9,2 miliar. Surplus ini merupakan yang tertinggi sejak kuartal kedua tahun 2011 atau sembilan tahun silam.

Defisit transaksi berjalan dilaporkan sebesar US$ 2,9 miliar atau setara 1,2% dari produk domestik bruto (PDB), membaik dari kuartal sebelumnya 1,4% dari PDB. Defisit di kuartal II-2020 menjadi yang paling kecil sejak kuartal I-2017.

Membaiknya defisit transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.

Komponen NPI lainnya, TMF berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money, dan pergerakannya sangat fluktuatif.

Surplus transaksi modal dan finansial pada April-Juni tercatat sebesar US$ 10,5 miliar (4,3% dari PDB), berbalik arah dari defisit US$ 3,0 miliar (1,1% dari PDB) pada kuartal I-2020.

Sehari setelahnya, BI mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang tetap mempertahankan suku bunga 7 Day Reserve Repo Rate sebesar 4%. Dalam 2 edisi Rapat Dewan Gubernur (RDG), Gubernur Perry memberikan sinyal BI tidak akan lagi memangkas suku bunga, dengan menegaskan untuk kondisi saat ini pemulihan ekonomi lebih efektif melalui jalur kuantitas.

Dari bursa acuan dunia, Wall Street kompak ditutup terbang pada penutupan Jumat (21/8/20) Dow Jones terapresiasi 0,69%, S&P 200 naik 0,34%, dan Indeks Nasdaq loncat 0,42%.

Kenaikan Jumat lalu (21/8/20) disokong oleh data aktifitas bisnis Amerika Serikat (AS) yang berhasil pulih ke level sebelum terjadinya pandemi corona yakni Agustus 2019. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya order bisnis baik di sektor manufaktur maupun jasa.

Selanjutnya penjualan rumah tinggal di AS juga berhasil melesat mencetak rekor selama dua bulan berturut-turut bahkan pada Juli silam harga rumah tinggal menyentuh level tertinggi sepanjang masanya.

Ciamiknya rilis data ini menunjukkan bahwa kebangkitan ekonomi AS pasca diserang pandemi virus corona sudah semakin dekat.

"Melihat data tumbuhnya sektor manufaktur AS apalagi saat perekonomian kembali dibuka setelah karantina wilayah dilonggarkan tentunya tidak mengherankan, walaupun berberapa negara bagian masih menahan pembukaan kembali ekonomi negara bagian tersebut, hal ini tentu saja membuat para pelaku pasar sumringah dan mendorong reli di bursa saham." Ujar Lindsey Bell, Kepala Strategi Investasi Ally Invest seperti dikutip dari Reuters.

Akan tetapi para pelaku pasar masih memantau progress negosiasi partai demokrat dan republik dalam meloloskan subsidi pengangguran yang terdampak pandemi corona. Seperti diketahui masih terdapat 28 juta penduduk AS yang masih menganggur dan membutuhkan subsidi pemerintah.

Meskipun bursa Paman Sam dan bursa Benua Kuning secara umum pada perdagangan Jumat (21/8/20) berhasil menghijau para pelaku pasar tentu saja akan memantau apakah IHSG akan dibuka merah setelah terkena jet lag sebab diketahui ketika bursa efek di kawasan Asia kebakaran pada Kamis lalu (20/8/20), di Indonesia sedang libur merayakan Hari Raya Tahun Baru Islam.

Selanjutnya sentimen yang akan mempengaruhi perdagangan hari ini yakni data ekonomi AS yang mulai menunjukkan perbaikan, antara lain, data aktivitas bisnis pada Agustus yang naik ke level tertinggi sejak tahun 2019.

Order baru dari perusahaan sektor manufaktur dan jasa juga meningkat. Kemudian harga rumah juga naik ke posisi tertinggi seiring dengan penjualan rumah yang mengalami kenaikan. Hal tersebut menunjukkan masih terjadi peningkatan data ekonomi AS di tengah kenaikan angka pandemi Covid-19 dan ini menjadi sentimen positif bagi pasar.

Akan tetapi, ada sentimen negatif yang berisiko membuat bursa saham Asia berguguran, yakni kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang kembali melonjak di Korea Selatan.

Pemerintah Korea Selatan melarang pertemuan besar, menutup tempat hiburan malam dan gereja, serta melarang adanya penonton pada ajang pertandingan olahraga. Kebijakan pembatasan ini diumumkan pada Sabtu (22/08/2020) guna memerangi penyebaran virus corona.

Hal tersebut tentunya memicu kecemasan akan risiko serangan virus corona gelombang kedua, tidak hanya di Korea Selatan tetapi juga di negara lainnya. Jika itu terjadi, resesi global kemungkinan akan berlangsung lama, sehingga bisa memperburuk sentimen pelaku pasar.

Selanjutnya perhatian para pelaku pasar juga tertuju pada Simposium Jackson Hole di Wyoming Amerika Serikat. Pertemuan tahunan ini akan dihadiri oleh menteri ekonomi, bank sentral, akademisi, hingga praktisi dari berbagai negara di seluruh dunia.

Pernyataan dari orang-orang berpengaruh, seperti pimpinan bank sentral utama dunia akan menggerakkan pasar keuangan dunia.

Beralih dari sana, tensi geopolitik juga kembali memanas setelah Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo memperingatkan China dan Rusia untuk tidak melanggar sanksi PBB terhadap Iran.

Hal ini berpotensi meningkatkan harga emas dan minyak dunia akibat meningkatnya risiko global dan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan.

Ditambah lagi, nada pesimistis datang dari bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed), terhadap pemulihan ekonomi AS juga menjadi perhatian pelaku pasar.

Krisis kesehatan akibat Covid-19 akan sangat membebani aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam jangka pendek, serta menimbulkan risiko yang cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah.

Berikut sejumlah rilis data yang terjadwal untuk hari ini.

  • Penjualan Ritel Selandia Baru Q2 (5:45 WIB)
  • Indeks Harga Konsumen Singapura Bulan Juli (12:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Juli 2020 YoY)

1,54%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal I-2020)

-1,42% PDB

Neraca pembayaran (kuartal I-2020)

-US$ 8,54 miliar

Cadangan devisa (Juli 2020)

US$ 135,1 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular