
Corona Sudah Bikin Merana, Eh AS-China Pake Ribut Segala!

Sentimen kedua yang harus terus dimonitor adalah friksi AS-China. Teranyar, konflik dua kekuatan ekonomi terbesar di Bumi ini terjadi dengan aksi saling tutup kantor konsulat jenderal.
Masih segar dalam ingatan apa yang terjadi terhadap perekonomian dunia kala AS-China berseteru. Perang dagang kedua negara tahun lalu membuat volume perdagangan dunia anjlok, karena AS dan China memegang peranan yang sangat penting bagi negara-negara lain.
Sepanjang 2019, volume perdagangan dunia yang tercermin dari Baltic Dry Index anjlok 23,87%. Pada 2018-2019, kala perang dagang AS-China sedang panas-panasnya, indeks ini ambrol 20,65%.
Kala itu, perang dagang AS-China sedang berkecamuk di mana kedua negara saling 'berbalas pantun' dengan pengenaan bea masuk.
Sepanjang perang dagang, AS mengenakan bea masuk kepada impor ribuan produk made in China senilai lebih dari US$ 360 miliar. China membalas dengan membebani impor produk made in the USA senilai lebih dari US$ 110 miliar.
Social distancing untuk meredam penyebaran virus corona sudah membikin permintaan dunia rontok. Kalau ditambah perang dagang AS-China, maka rantai pasok yang sudah rusak menjadi hancur berkeping-keping.
Awalnya, dunia berharap kala pandemi virus corona selesai maka semua masalah akan berakhir. Namun ternyata belum, karena sepanjang hubungan AS-China terus menegang maka risiko 'kebakaran' akan terus ada bak api dalam sekam.
(aji/aji)