
Corona Sudah Bikin Merana, Eh AS-China Pake Ribut Segala!

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan pagebluk virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 26 Juli adalah 15.785.641 orang. Bertambah 200.625 orang (1,31%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Sejak 16 Juli, belum pernah tambahan pasien baru di bawah 100.000 orang per hari. Bahkan pada 20 Juli ada tambahan pasien baru sebanyak 305.682 orang dalam sehari, rekor tertinggi sejak WHO melaporkan kasus corona pada 20 Januari.
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat pasien positif corona per 26 Juli berjumlah 98.778 orang. Bertambah 1.492 orang atau 1,53% dibandingkan sehari sebelumnya.
Indonesia kini berada di peringkat 24 dalam hal negara dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di dunia. Kalau setiap hari kasus corona bertambah di atas 100.000, maka jumlah pasien bisa menembus 100.000 orang dalam hitungan hari.
Presiden Jokowi belum lama ini menyebut bahwa puncak kasus corona baru terjadi pada Agustus-September. Oleh karena itu, sepertinya tambahan kasus dalam jumlah signifikan masih akan terlihat setidaknya sampai akhir bulan ini.
Pandemi virus corona menjadi masalah besar bagi perekonomian kala direspons dengan pengetatan pembatasan sosial (social distancing). Jika pemerintah merasa kasus corona sudah keterlaluan, maka bukan tidak mungkin Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan ditegakkan lagi.
PSBB, yang membuat aktivitas masyarakat sangat terbatas, menjadi 'eutanasia' alias suntik mati bagi perekonomian. Kalau masyarakat kembali kudu #dirumahaja, maka roda ekonomi tidak akan bergerak. Indonesia hampir pasti akan mengalami resesi, jika PSBB ketat lagi.
"Infeksi virus masih terjadi. Skenario di mana Indonesia mengalami resesi bisa terwujud jika terjadi lonjakan jumlah kasus yang menyebabkan pemerintah kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat pada kuartal III dan IV. Ekonomi sulit untuk pulih ke level pra-pandemi sebelum 2021," tulis laporan Bank Dunia.
