
Ada Kabar Bisa Bikin Pasar Rally, tapi Trump 'Berulah' Lagi

Sebelum Trump memberikan sanksi, China sekali lagi menunjukkan tanda-tanda kebangkitan ekonomi. Kemarin data menunjukkan ekspor-impor Negeri Tiongkok yang berdenominasi dolar AS kembali tumbuh di bulan Juni. Ekspor dilaporkan tumbuh 0,5% year-on-year (YoY), dan impor tumbuh 2,7% YoY.
Hasil polling Reuters sebelumnya memprediksi ekspor China bulan Juni akan turun 1,5% YoY, dan impor terkontraksi 10% YoY.
Selain itu, dalam denominasi yuan ekspor juga menunjukkan pertumbuhan 4,3% YoY dan impor naik 6,2% YoY.
Data ekspor-impor tersebut melengkapi serangkaian data yang dirilis sebelumnya. Inflasi China di bulan Juni dilaporkan setelah menurun dalam 4 bulan sebelumnya. Selain itu, sektor manufaktur China mampu berekspansi 4 bulan beruntun.
Hari ini, giliran Indonesia yang akan merilis data ekspor impor. Berdasarkan polling Reuters, ekspor diprediksi terkontraksi 12,26% YoY, sementara impor -18,7% YoY. Kabar baiknya, neraca perdagangan diramal surplus US$ 1,11 miliar di bulan Juni, setelah mencetak surplus US$ 2,09 miliar bulan sebelumnya.
Sementara konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor akan terkontraksi -7,765% YoY. Sementara impor terkontraksi -16,455% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 1,1 miliar.
Ekspor-impor yang terkontraksi menjadi indikasi penurunan aktivitas ekonomi, tetapi neraca dagang yang terus mencetak surplus tentunya menjadi kabar baik karena dapat memperbaiki defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang selama ini menjadi "hantu" pengganggu perekonomian Indonesia.
(pap/pap)