
Newsletter
AS Rusuh 7 Hari, Tapi Bara Optimisme Mungkin Lambungkan IHSG
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 June 2020 06:27

Kabar baik bagi rupiah dan pasar keuangan dalam negeri. Pelaku pasar kini kembali optimistis rupiah akan menguat ke depannya, sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia.
Optimisme pelaku pasar tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Survei tersebut menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi jual (short) rupiah sejak awal April. Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah yang mulai menguat sejak awal April.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (28/5/2020) pekan lalu menunjukkan -0,05, turun jauh dari rilis dua pekan lalu 0,21. Hasil tersebut menjadi penurunan kelima beruntun.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Dengan survei terbaru yang menunjukkan angka minus, artinya pelaku pasar kembali mengambil posisi beli (long) rupiah, sehingga membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah.
Angka minus tersebut juga merupakan yang pertama sejak rilis survei 20 Februari lalu. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.
Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.
Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.
"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).
Jika ke depannya hasil survei menunjukkan peningkatan angka minus maka rupiah bisa saja kembali menjadi juara dunia.
Dari dalam negeri akan banyak dirilis data ekonomi, seperti PMI manufaktur, inflasi, dan indeks keyakinan bisnis. Tetapi data-data tersebut sepertinya tidak akan berpengaruh besar, sudah pasti hasilnya buruk mengingat pandemi Covid-19 yang menyebabkan beberapa wilayah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga aktivitas ekonomi menurun drastis.
Pelaku pasar sudah maklum perekonomian akan merosot, data-data ekonomi akan buruk, yang terpenting adalah bagaimana penanganan Covid-19 sehingga bisa segera diredam, dan memutar kembali roda perekonomian tanpa menyebabkan lonjakan kasus Covid-19.
(pap)
Optimisme pelaku pasar tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Survei tersebut menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi jual (short) rupiah sejak awal April. Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah yang mulai menguat sejak awal April.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (28/5/2020) pekan lalu menunjukkan -0,05, turun jauh dari rilis dua pekan lalu 0,21. Hasil tersebut menjadi penurunan kelima beruntun.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Dengan survei terbaru yang menunjukkan angka minus, artinya pelaku pasar kembali mengambil posisi beli (long) rupiah, sehingga membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah.
Angka minus tersebut juga merupakan yang pertama sejak rilis survei 20 Februari lalu. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.
Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.
Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.
"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).
Jika ke depannya hasil survei menunjukkan peningkatan angka minus maka rupiah bisa saja kembali menjadi juara dunia.
Dari dalam negeri akan banyak dirilis data ekonomi, seperti PMI manufaktur, inflasi, dan indeks keyakinan bisnis. Tetapi data-data tersebut sepertinya tidak akan berpengaruh besar, sudah pasti hasilnya buruk mengingat pandemi Covid-19 yang menyebabkan beberapa wilayah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga aktivitas ekonomi menurun drastis.
Pelaku pasar sudah maklum perekonomian akan merosot, data-data ekonomi akan buruk, yang terpenting adalah bagaimana penanganan Covid-19 sehingga bisa segera diredam, dan memutar kembali roda perekonomian tanpa menyebabkan lonjakan kasus Covid-19.
(pap)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular