
Polling CNBC Indonesia
Impor Jeblok, Neraca Dagang April Diramal Defisit US$ 45 Juta
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2020 14:10

Namun di sisi lain, impor yang terkontraksi begitu dalam menunjukkan kelesuan ekonomi domestik. Padahal biasanya momentum Ramadan-Idul Fitri seperti ini adalah saatnya dunia usaha menggenjot impor, baik itu bahan baku untuk diproduksi di dalam negeri maupun barang konsumsi. Maklum, Ramadan-Idul Fitri adalah puncak peningkatan konsumsi rumah tangga.
Pada tahun-tahun sebelumnya, impor jelang Ramadan-Idul Fitri meningkat pesat. Misalnya pada 2019, Ramadan jatuh pada 5 Mei sampai 4 Juni. Kala itu, impor melonjak 12,25% YoY pada April karena dunia usaha bersiap menghadap kenaikan permintaan.
Demikian pula pada 2018, di mana kala itu Ramadan berlangsung pada 16 Mei-14 Juni. Pada April 2017, impor meroket 34,68% YoY.
Namun tahun ini sangat berbeda. Pandemi virus corona yang memaksa orang-orang #dirumahaja membuat ekonomi terpukul dari dua sisi, permintaan dan penawaran. Permintaan anjlok karena aktivitas masyarakat yang sangat terbatas, sementara penawaran pun jeblok karena pabrik-pabrik ditutup sementara atau kalaupun beroperasi tidak dalam kapasitas penuh untuk meredam risiko penyebaran virus.
Keterbatasan produksi dan kelesuan permintaan membuat pengusaha menahan diri. Impor pun dikurangi. Cuma virus corona yang bisa membuat impor saat Ramadan-Idul Fitri terkontraksi.
Oleh karena itu, sulit untuk menepuk dada meski neraca perdagangan Indonesia berpotensi surplus tiga bulan berturut-turut. Sebab ternyata surplus itu terjadi akibat perekonomian domestik yang seakan mati suri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada tahun-tahun sebelumnya, impor jelang Ramadan-Idul Fitri meningkat pesat. Misalnya pada 2019, Ramadan jatuh pada 5 Mei sampai 4 Juni. Kala itu, impor melonjak 12,25% YoY pada April karena dunia usaha bersiap menghadap kenaikan permintaan.
Demikian pula pada 2018, di mana kala itu Ramadan berlangsung pada 16 Mei-14 Juni. Pada April 2017, impor meroket 34,68% YoY.
Namun tahun ini sangat berbeda. Pandemi virus corona yang memaksa orang-orang #dirumahaja membuat ekonomi terpukul dari dua sisi, permintaan dan penawaran. Permintaan anjlok karena aktivitas masyarakat yang sangat terbatas, sementara penawaran pun jeblok karena pabrik-pabrik ditutup sementara atau kalaupun beroperasi tidak dalam kapasitas penuh untuk meredam risiko penyebaran virus.
Keterbatasan produksi dan kelesuan permintaan membuat pengusaha menahan diri. Impor pun dikurangi. Cuma virus corona yang bisa membuat impor saat Ramadan-Idul Fitri terkontraksi.
Oleh karena itu, sulit untuk menepuk dada meski neraca perdagangan Indonesia berpotensi surplus tiga bulan berturut-turut. Sebab ternyata surplus itu terjadi akibat perekonomian domestik yang seakan mati suri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular