
Newsletter
Suku Bunga AS Bisa Minus, Serius?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 May 2020 05:43

Sentimen kedua, investor perlu mewaspadai reaksi yang berlebihan jelang pidato Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan Kongres pada malam ini waktu Indonesia. dalam pidato tersebut, investor berharap ada petunjuk baru dari The Fed terkait arah kebijakan ke depan.
Sejumlah pelaku pasar kini berani bertaruh bahwa suku bunga acuan di Negeri Adidaya bisa memasuki teritori negatif. Sekarang suku bunga memang sudah mendekati nol, yaitu 0-0,25%.
Data Bank of America Securities menyebutkan bahwa ada peluang 23% suku bunga acuan AS bisa di bawah 0% pada akhir tahun ini. Pekan lalu, peluangnya masih 10%.
Wacana suku bunga negatif lebih kencang berembus setelah datang data ekonomi terbaru. Pada April, AS mencatat deflasi -0,8% secara bulanan (month-on-month/MoM). Ini adalah catatan terendah sejak Desember 2008.
Inflasi rendah, bahkan sampai deflasi, menunjukkan bahwa ada ruang bagi kebijakan moneter yang lebih akomodatif untuk mendorong permintaan. Oleh karena itu, isu suku bunga minus menjadi semakin santer.
Akibatnya, dolar AS pun menjadi tertekan. Pada pukul 05:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) turun 0,23%.
Sejatinya tekanan terhadap dolar AS bisa menjadi peluang bagi rupiah untuk kembali menguat. Namun peluang itu menjadi samar-samar ketika pada saat yang sama investor juga mencemaskan risiko gelombang kedua serangan virus corona.
(aji/aji)
Sejumlah pelaku pasar kini berani bertaruh bahwa suku bunga acuan di Negeri Adidaya bisa memasuki teritori negatif. Sekarang suku bunga memang sudah mendekati nol, yaitu 0-0,25%.
Data Bank of America Securities menyebutkan bahwa ada peluang 23% suku bunga acuan AS bisa di bawah 0% pada akhir tahun ini. Pekan lalu, peluangnya masih 10%.
Wacana suku bunga negatif lebih kencang berembus setelah datang data ekonomi terbaru. Pada April, AS mencatat deflasi -0,8% secara bulanan (month-on-month/MoM). Ini adalah catatan terendah sejak Desember 2008.
Inflasi rendah, bahkan sampai deflasi, menunjukkan bahwa ada ruang bagi kebijakan moneter yang lebih akomodatif untuk mendorong permintaan. Oleh karena itu, isu suku bunga minus menjadi semakin santer.
Akibatnya, dolar AS pun menjadi tertekan. Pada pukul 05:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) turun 0,23%.
Sejatinya tekanan terhadap dolar AS bisa menjadi peluang bagi rupiah untuk kembali menguat. Namun peluang itu menjadi samar-samar ketika pada saat yang sama investor juga mencemaskan risiko gelombang kedua serangan virus corona.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular