
Newsletter
Suku Bunga AS Bisa Minus, Serius?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 May 2020 05:43

Kabar kurang sedap datang dari bursa saham New York. Tiga indeks utama ditutup melemah tajam, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,89, S&P 500 berkurang 2,05%, dan Nasdaq Composite ambles 2,06%.
Volatilitas pasar yang tercermin dari indeks VIX juga meningkat tajam. Pada pukul 04:09 WIB, indeks mendapat julukan fear index itu meroket 19,84% ke 33,04, tertinggi sejak 6 Mei.
Pelaku pasar benar-benar mencemaskan potensi gelombang serangan kedua virus corona seiring dengan mulai dibukanya kembali keran aktivitas publik. Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, menyatakan bahwa virus corona belum sepenuhnya jinak sehingga pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) yang prematur bisa membahayakan nyawa banyak orang.
"Saya rasa kita berada di jalan yang benar, tetapi bukan berarti kita sudah bisa mengendalikan penyebaran. Ada risiko yang sangat nyata bahwa kita mungkin bisa memicu penyebaran yang mungkin tidak bisa kita kontrol, dan membuat kita mundur lagi. Tidak hanya menyebabkan kematian yang seharusnya bisa dihindari, tetapi juga membuat kita mundur dalam hal menuju pemulihan ekonomi," tegas Fauci dalam rapat dengan Kongres AS, seperti diberitakan Reuters.
Fauci mendesak agar pemerintah negara bagian untuk benar-benar memperhatikan rekomendasi otoritas kesehatan sebelum melakukan pembukaan kembali (reopening) aktivitas publik. Harus dipastikan terlebih dulu bahwa memang terjadi penurunan jumlah kasus.
Mengutip data US Centers for Disease Control and Prevention, jumlah kasus corona di Negeri Paman Samm per 11 Mei adalah 1.324.488. Naik dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 1.300.696.
Saat ini, sejumlah negara bagian sudah mulai memperbolehkan warga untuk kembali berkegiatan meski dibatasi. Pabrik-pabrik-pabrik mulai beroperasi lagi meski dengan jumlah karyawan yang belum 100%.
AS dihadapkan kepada masalah pelik. Di satu sisi penyebaran virus corona masih terjadi, meski dalam tren yang melambat. Namun di sisi lain angka pengangguran melonjak akibat social distancing. Pada April, tingkat pengangguran mencapai 14,7%, tertinggi sejak Perang Dunia II.
"Dari sisi kesehatan, kita bisa mundur lagi kalau membuka diri terlalu awal. Namun kalau tidak segera dibuka, maka kita akan menghadapi bencana ekonomi," kata Phil Blancato, COE Ladenburg Thalmann Asset Management yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Kebimbangan dan ketidakpastian ini membuat investor ogah mengambil risiko. Oleh karena itu, pasar saham menjadi dihindari.
(aji/aji)
Volatilitas pasar yang tercermin dari indeks VIX juga meningkat tajam. Pada pukul 04:09 WIB, indeks mendapat julukan fear index itu meroket 19,84% ke 33,04, tertinggi sejak 6 Mei.
Pelaku pasar benar-benar mencemaskan potensi gelombang serangan kedua virus corona seiring dengan mulai dibukanya kembali keran aktivitas publik. Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, menyatakan bahwa virus corona belum sepenuhnya jinak sehingga pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) yang prematur bisa membahayakan nyawa banyak orang.
"Saya rasa kita berada di jalan yang benar, tetapi bukan berarti kita sudah bisa mengendalikan penyebaran. Ada risiko yang sangat nyata bahwa kita mungkin bisa memicu penyebaran yang mungkin tidak bisa kita kontrol, dan membuat kita mundur lagi. Tidak hanya menyebabkan kematian yang seharusnya bisa dihindari, tetapi juga membuat kita mundur dalam hal menuju pemulihan ekonomi," tegas Fauci dalam rapat dengan Kongres AS, seperti diberitakan Reuters.
Fauci mendesak agar pemerintah negara bagian untuk benar-benar memperhatikan rekomendasi otoritas kesehatan sebelum melakukan pembukaan kembali (reopening) aktivitas publik. Harus dipastikan terlebih dulu bahwa memang terjadi penurunan jumlah kasus.
Mengutip data US Centers for Disease Control and Prevention, jumlah kasus corona di Negeri Paman Samm per 11 Mei adalah 1.324.488. Naik dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 1.300.696.
Saat ini, sejumlah negara bagian sudah mulai memperbolehkan warga untuk kembali berkegiatan meski dibatasi. Pabrik-pabrik-pabrik mulai beroperasi lagi meski dengan jumlah karyawan yang belum 100%.
AS dihadapkan kepada masalah pelik. Di satu sisi penyebaran virus corona masih terjadi, meski dalam tren yang melambat. Namun di sisi lain angka pengangguran melonjak akibat social distancing. Pada April, tingkat pengangguran mencapai 14,7%, tertinggi sejak Perang Dunia II.
"Dari sisi kesehatan, kita bisa mundur lagi kalau membuka diri terlalu awal. Namun kalau tidak segera dibuka, maka kita akan menghadapi bencana ekonomi," kata Phil Blancato, COE Ladenburg Thalmann Asset Management yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Kebimbangan dan ketidakpastian ini membuat investor ogah mengambil risiko. Oleh karena itu, pasar saham menjadi dihindari.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular