Newsletter

Waspada Gelombang Kedua Serangan Virus Corona!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 May 2020 06:01
Bursa Amerika
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP/Mark Lennihan)

Berkebalikan dengan bursa saham Indonesia, Wall Street justru garang pekan lalu. Selama seminggu kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2,56 secara point-to-point. Dalam periode yang sama, S&P 500 melonjak 3,5% dan Nasdaq Composite meroket 6%.


Bahkan pada perdagangan akhir pekan bursa saham New York ditutup menguat signifikan di mana DJIA naik 1,91%, S&P 500 bertambah 1,69%, dan Nasdaq terangkat 1,58%. Padahal hari itu US Bureau of Labor Statistics mengumumkan angka pengangguran AS mencapai 14,7% pada April 2020, tertinggi sejak Perang Dunia II.

Plus, jumlah lapangan kerja di AS menyusut 20,5 juta. Ini adalah penurunan terdalam sejak Depresi Besar pada 1930-an.

Namun pelaku pasar sepertinya cuek bebek saja. Sebab, angka pengangguran tinggi itu masih di bawah ekspektasi pasar sebagaimana konsensus yang dihimpun Reuters yaitu mencapai 16%. Begitu pula dengan penyusutan lapangan kerja, lebih rendah dari konsensus yang memperkirakan mencapai 22 juta.


"Ini adalah hari yang bersejarah sekaligus tragis bagi ekonomi AS. Namun pasar sudah punya pandangan bahwa semua ini hanya sementara," tegas Ed Moya, Senior Market Analyst di OANDA, seperti dikutip dari Reuters.

"Memang berat kalau melihat data ketenagakerjaan yang seperti itu. Akan tetapi kalau melihat ekspektasi yang terbentuk sebelumnya, ternyata lebih baik dari perkiraan," tambah Brian Nick, Chief Investment Strategist di Nuveen, sebagaimana diwartakan Reuters.

Ya, pasar melihat bahwa angka pengangguran bulan lalu adalah titik nadir. Ke depan, ada harapan angka ini bakal menurun seiring aktivitas masyarakat yang kembali dibuka karena perlambatan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Sejak awal Mei, berbagai negara bagian di Negeri Paman Sam telah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial. Misalnya di Texas, pemerintah sudah mengizinkan restoran, toko ritel, dan pusat perbelanjaan dibuka kembali dengan kapasitas maksimal 25%. Jika infeksi terus melambat, maka pelonggaran fase kedua yang lebih besar rencananya akan dilakukan mulai 18 Mei.

"Kita semua memantau bagaimana pembukaan kembali (reopening) ini berjalan. Anda mulai bisa mendengar dari dunia usaha bahwa kondisi sudah lebih baik ketimbang beberapa waktu lalu yang membuat depresi," kata Keith Lerner, Chief Market Strategist di Truist/SunTrust Advisory Services, seperti dikutip dari Reuters.

Harapan bahwa kondisi akan terus membaik menyebabkan volatilitas di pasar keuangan Negeri Adidaya menurun drastis. Sepanjang pekan lalu, indeks VIX (yang mencerminkan volatilitas pasar, juga dikenal sebagai indeks ketakutan/fear index) merosot 24,76% sehingga pada akhir pekan berada di 27,98. Indeks VIX berada di bawah 30 untuk kali pertama sejak 26 Februari.

Risk appetite pelaku pasar sudah kembali sehingga menurunkan minat terhadap aset-aset aman (safe haven assets) seperti emas. Sepanjang pekan lalu, harga emas dunia di pasar spot turun 0,09%.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular